Tuesday, April 28, 2015

Dolar Kembali Tembus Rp. 13.000 Setelah IHSG Turun

Siang ini, dolar AS sempat lompat menembus Rp 13.000, tepatnya hingga Rp 13.018. Meskipun pada akhirnya, dolar mereda di Rp 12.962. Bank Indonesia (BI) punya penjelasan terhadap situasi ini. Direktur Kebijakan Ekonomi Moneter BI, Solihin M. Juhro mengatakan, kondisi arus modal di dunia sudah berubah. Dulu pasca krisis 2008, bank sentral AS yaitu The Fed memberikan stimulus likuiditas yang membuat banyak dolar lari dari AS ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Sekarang AS bangkit, siklusnya seperti itu, jadi kondisi pasar keuangan ketidakpastian masih tinggi. Itu kenapa orang lebih memegang dolar, jadi global itu mempengaruhi, semua (mata uang) depresiasi (melemah)," kata Solihin di Gedung BI, Jakarta, Selasa (28/4/2015).

Namun, pihak AS juga tidak mau dolar terlalu kuat, karena ini bisa mengganggu daya saing ekspor komoditasnya.  Solihin mengatakan, persepsi akan naiknya suku bunga acuan The Fed juga membuat arus dolar kembali ke AS. Kondisi ini membuat adanya perubahan keseimbangan di pasar keuangan global. Rabu besok, The Fed direncanakan rapat yang dispekulasikan bakal mengumumkan kebijakan soal suku bunga.

"BI menjaga stabilitas nilai tukar di fundamentalnya. Tidak mungkin depresiasi terus dikelola karena akan ganggu sektor keuangan. Itu sentimen globalnya itu lebih kuat," jelas Solihin. -Siang ini nilai tukar rupiah kembali melemah. Dolar Amerika Serikat (AS) tiba-tiba menguat tajam menembus Rp 13.000. Dari data Reuters yang dikutip, Selasa (28/4/2015), dolar bergerak mencapai Rp 13.018 siang ini.

Sejak pagi, memang pergerakan dolar AS terus mengalami tren penguatan. Pagi ini dolar dibuka di kisaran Rp 12.900 dan terus menguat. Di bursa saham, investor asing tercatat terus melakukan aksi jual. Bursa saham pada penutupan sesi I siang ini masih melemah sebesar 1%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergerak di zona negatif pada perdagangan sesi I hari ini. Nilai tukar rupiah siang ini juga melemah di Rp 12.953/US$.

Membuka perdagangan Senin (27/4/2015), IHSG turun 36,792 poin (0,68%) ke 5.398,563.  Sepanjang perdagangan dari pagi hingga siang, IHSG terus berada di jalur merah. Titik terendah IHSG adalah 5.288,578. Pada penutupan perdagangan Sesi I, Senin (27/4/2015), IHSG turun 146,799 poin (2,7%) ke 5.288,556. Sementara indeks LQ45 turun 28,637 poin (3,01%) ke 950,481.

Perdagangan hari ini berjalan cukup ramai dengan frekuensi transaksi sebanyak 128.540 kali dengan volume 4,7 miliar lembar saham senilai Rp 5,1 triliun. Sebanyak 30 saham naik, 283 turun, dan 39 saham stagnan. Bursa-bursa regional bergerak mayoritas menguat. Hanya bursa Nikkei yang mengalami pelemahan di siang ini.

Kondisi bursa-bursa di Asia hingga siang hari ini:
  • Indeks Nikkei 225 melemah 66,76 poin (0,33%) ke level 19.953,28.
  • Indeks Hang Seng naik 365.74 poin (1,3%) ke level 28.426,7295.
  • Indeks Komposit Shanghai naik 82 poin (1,87%) ke level 4.475,69.
  • Indeks Straits Times naik 12,73 poin (0,36%) ke level 3.515,36.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya adalah HM Sampoerna (HMSP) naik Rp 1.000 ke Rp 75.000, Selamat Sempurna (SMSM) naik Rp 225 ke Rp 4.785, Siloam (SILO) naik Rp 200 ke Rp 14.225, dan Enseval Putra Megatrading (EPTM) naik Rp 100 ke Rp 3.100.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Astra Agro Lestari (AALI) turun Rp 2.000 ke Rp 20.000, Mitra Keluarga (MIKA) turun Rp 1.475 ke Rp 23.875, Mayora (MYOR) turun Rp 1.300 ke Rp 24.600, dan Gudang Garam (GGRM) turun Rp 1.025 ke Rp 53.475

Kepastian soal naiknya suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), akan sangat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Head of Economic Research Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra memprediksi dolar AS bisa menembus level Rp 13.300 di akhir tahun dampak dari The Fed ini.

"Tekanan ada di akhir tahun. Rupiah agak sedikit weak karena transaksi efek kita kecil. Kalau ada ketakutan the Fed ya rupiah bisa melemah di Rp 13.300 di akhir tahun," ujar dia saat paparan market outlook & report 2015, di Plaza Bapindo, Jakarta, Kamis (23/4/2015).

Aldian menjelaskan, dampak dari rencana The Fed tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap rupiah, namun juga mata uang negara lainnya. "Kalau semua melemah, rupiah juga akan melemah," katanya. Lebih jauh Aldian menjelaskan, perkiraan nilai tukar rupiah tersebut dengan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5,3% di akhir tahun ini.

Angka inflasi diprediksi akan bergerak di level 4,5% di akhir tahun ini. Current Account Deficit (CAD) diperkirakan akan berada di level 2,74% di akhir tahun. Sementara BI rate akan berada di level 7,3%. "BI tidak akan menjaga level tapi menjaga stabilitas level. BI rate akan turun 25 bps lagi," tandasnya.

No comments:

Post a Comment