Monday, April 20, 2015

Investasi Afrika Di Indonesia Mayoritas Berasal Dari Tax Haven Country

Deputi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis mengatakan investasi dari negara Afrika masuk kategroi terendah dibandingkan dari kawasan benua lain. "Total investasinya US$ 664 juta (setara Rp 8,6 triliun) pada 2014," katanya Senin 13 April 2015. Mayoritas investasi itu berasal dari Mauritius dan Seychelles, negara bebas pajak atau tax haven di kawasan Afrika.

Menurut Deputi Promosi BKPM Himawan Hariyoga aliran dana dari negara tax haven tidak mencerminkan uang benar-benar berasal dari negara tersebut. Sebab ciri khas dari negara tax haven adalah menyembunyikan asal pemilik uang yang sesungguhnya. Mayoritas dana dari Mauritius dan Seychelles yang masuk ke Indonesia diputar di pasar modal dan pasar uang.

Adapun investasi yang murni dari negara-negara Afrika berbilang antara US$ 100-300 ribu sepanjang 2014. Himawan mengatakan investasi itu berasal dari pedagang asal Mesir, Nigeria, Kongo, dan Maroko. Mereka berbisnis di sektor perdagangan ekspor-impor. “Yang diekspor barang-barang dari Pasar Tanah Abang.”

Pengusaha Afrika Selatan juga pernah menghitung kemungkinan investasi untuk pengalengan buah dan pengolahan batu bara pada 2013. Namun rencana tersebut tidak pernah terwujud hingga sekarang. Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri Lasro Simbolon mengatakan sektor properti juga dilirik oleh pengusaha Afrika. Menurut dia pengusaha itu berencana membangun hotel di Bali.

Baru-baru ini kerjasama ekonomi digagas pemerintah Indonesia dan Angola, negara di Benua Afrika sebelah barat daya sejak Oktober 2014. Tindak lanjutnya oleh PT Pertamina yang resmi membeli minyak mentah dari Sonangol EP, BUMN pemerintah Angola, sebesar 950 ribu barel per bulan selama enam bulan mendatang sejak Januari lalu.

Awalnya Pertamina diberikan iming-iming diskon harga crude sebesar US$ 8-15 per barel dari harga pasar. Namun iming-iming itu belum terealisasi. Kloter perdana minyak mentah Sonangol yang dijadwalkan datang di kilang Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah, pada 24 Maret lalu, dibeli Pertamina tanpa diskon seharga US$ 360 juta atau Rp 4,6 triliun.

Rencananya kerjasama Pertamina dan Sonangol berkembang hingga pendirian usaha patungan atau joint venture untuk pembangunan kilang minyak. Namun negosiasi alot sebab kedua perusahaan ngotot pembangunan kilang minyak harus di negaranya.

Menjelang digelarnya Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika di Indonesia, Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia Pakamisa Augustine Sifuba berkunjung ke Kota Batam pada akhir Maret lalu. Kedatangannya untuk menjajaki investasi di kota yang berstatus sebagai kawasan perdagangan bebas itu.

Di Afrika Selatan, Coega Industrial Development Zone, sebuah kawasan ekonomi khusus juga dibangun dengan konsep yang serupa Batam. Untuk memajukan kawasan Coega, Sifuba menemui Wali Kota Batam Ahmad Dahlan, dan Jon Arizal, Wakil Kepala Badan Pengusahaan Batam, otoritas pengelola kawasan ekonomi di Batam.

Ketertarikan Afrika Selatan kepada Batam terutama pengembangan kawasan perdagangan, pariwisata, dan infrastruktur. “Kesamaan kedua kawasan di Batam dan Afrika Selatan yaitu sebagai pusat logistik,” kata Sifuba yang ditemui di Hotel Borobudur, Jumat, 10 April 2015.

Kendati mengakui sekadar menimba pengalaman, tapi Sifuba mengisyaratkan kemungkinan adanya investor asal Afrika Selatan yang tertarik menanamkan modalnya di Batam terutama di sektor perdagangan. Namun ia enggan menyebut besaran nilai investasi.

Bukan kali ini saja delegasi Afrika Selatan berkunjung ke Batam. Sejak Kementerian Luar Negeri meneken Joint Trade Commission dengan pemerintah Afrika Selatan, Badan Pengusahaan Batam, dan Coega Industrial Development Zone telah bersepakat menjalin kerja sama sejak 2006.

Juru bicara Badan Pengusahaan Batam, Ilham Eka Hartawan, mengatakan delegasi Afrika Selatan tertarik berinvestasi di sektor industri minyak dan gas. “Akan ada penandatanganan nota kesepahaman,” katanya. Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri Lasro Simbolon mengatakan investasi dari negara Benua Afrika sangat sedikit. Sulit mengharapkan negara Benua Afrika berinvestasi karena negara itu di sana juga sedang bangkit ekonominya dan menjadi daerah tujuan investasi. “Mereka lebih banyak mengajak Indonesia berinvestasi ke Afrika,” katanya.

No comments:

Post a Comment