Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan Indonesia kehilangan potensi penerimaan negara dari sektor minyak dan gas sekitar Rp 150 triliun akibat kejatuhan harga minyak mentah dunia. Kerugian tersebut lebih besar dibandingkan dengan penghematan anggaran yang dihasilkan dari berkurangnya beban subsidi energi.
"Penghematan subsidi ada, tapi penerimaan migas kita turun Rp 150 triliun," ujar Bambang di Jakarta, Kamis (30/4). Meski mengalami pengurangan penerimaan, Bambang mengatakan belanja pemerintah akan tetap digenjot sesuai dengan alokasi dana yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015. Namun, diakuinya bahwa penerimaan yang masuk ke kas negara sejauh ini belum cukup untuk mendanai proyek-proyek pembangunan yang dicita-citakan Presiden Joko Widodo.
Untuk itu, lanjut Bambang, sah-sah saja jika Indonesia harus meminjam dana atau berutang dari lembaga keuangan dunia, seperti Bank Dunia. Menurut Bambang, utang-utang tersebut tetap diperlukan selama Indonesia masih melakukan pembangunan infrastruktur. "Saya rasa pinjam itu biasa saja. Ya kalau penerimaan belum bisa tinggi kebutuhan belanja masih besar, terpaksa kita harus melakukan utang," katanya.
Sebelumnya, Menkeu mengatakan penyerapan anggaran belanja sangat penting dilakukan mengingat banyak pos belanja yang difokuskan untuk mendanai program infrastruktur dan pertanian. Selain itu, pengeluaran pemerintah juga berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi melengkapi variebel pembentuk PDB lainnya, seperti konsumsi swasta, investasi, dan ekspor netto.
No comments:
Post a Comment