"Awalnya para industri perbankan syariah di Bengkulu pesimis, menurut mereka target Rp 25 miliar itu sangat besar, tetapi ternyata di hari pertama transaksi sudah mencapai Rp 25 miliar, empat kali lipat dari target awal,"ujar Fauzi, Senin (27/4/2015).
Gelaran iB Vaganza, kata dia, merupakan Expo Industri Keuangan Syariah Nasional yang digelar pada 23-26 April 2015, dan bertempat di salah satu mal terbesar di Bengkulu. Fauzi mengatakan secara nasional, hanya 5 persen jumlah akses masyarakat terhadap perbankan syariah. Sementara, akses masyarakat terhadap bank konvensional sudah mencapai 95 persen.
Selanjutnya, Fauzi membeberkan beberapa keuntungan perbankan syariah, yakni dikenal istilah ekuivalen (setara bunga dalam bank konvensional) dalam bentuk angsuran fixed atau tak berubah hingga akhir kesepakatan. "Ini satu contoh bedanya dengan perbankan konvensional," jelasnya.
Keuntungan selanjutnya, perbankan syariah relatif lebih tahan terhadap guncangan ekonomi global. Kenyataan ini terlihat, kata dia, saat krisis ekonomi 2008, perbankan syariah relatif lebih stabil karena produknya tak bermain di bisnis derivatif yang spekulatif. "Perbankan syariah tak menanamkan investasinya di produk derivatif, spekulasi, 80 persen diinvestasikan di dalam negeri jadi nasabah aman," ungkapnya.
Keuntungan terakhir ia menambahkan, deposito perbankan syariah dua persen lebih tinggi dibanding bank umum. Selain itu, ia menyontohkan, Malaysia merupakan negara yang perbankan dan ekonominya berbasis syariah, relatih lebih aman dari guncangan ekonomi global.
Sementara, hasil investasi syariah justru semakin tinggi didapat dari negara- negara Arab dan Timur Tengah. Potensi pasar Indonesia sebagai rumah bagi penduduk Muslim terbesar di dunia, masih belum tergali secara penuh. Untuk itu, pemerintah menggenjot pasar keuangan syariah nasional melalui Islamic Finance News (IFN) Forum pada pada 22 April 2015.
Acara akan diselenggarakan di Hotel Shangri-La, dan akan membahas tentang pengembangan ekonomi syariah. Pembahasan mengenai trend pasar investasi, serta perdagangan keuangan syariah juga menjadi salah satu agenda dalam forum tersebut. Acara ini akan menampilkan diskusi mendalam mengenai penawaran penerbitan sukuk pertama Indosat dan kerjasama pembiayaan modal antara Maybank dan Garuda Indonesia senilai 100 juta dollar AS.
Sejumlah panelis dari lembaga mapan seperti Grup DDCAP, IDB, Bank Indonesia, Ideal Ratings, CIMB Principal Asset Management dan Emirates NBD Capital akan berbagi pandangan mereka selama ajang bergengsi tersebut. Forum IFN akan menampilkan pembicara utama yaitu Wakil Komisaris Pengawasan perbankan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mulya E. Siregar dan Deputi Pengembangan Iklim Penanaman Modal Badan KootdinSi Penanaman Modal (BKPM) Farah Ratnadewi Indriani.
IFN Indonesia Forum akan memberikan evaluasi lengkap terkait sudut pandang syariah keuangan Indonesia saat ini dan perkiraan pasar untuk tahun 2015.
No comments:
Post a Comment