Empat bank penguasa industri perbankan nasional mampu mengantongi laba gemuk di tengah perlambatan kredit dan likuiditas ketat. Terbaru, Bank Central Asia (BCA) menutup musim rilis kinerja bank besar. Bank milik Grup Djarum ini mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 15,7 persen menjadi Rp 16,5 triliun di sepanjang tahun 2014. Mesin pertumbuhan laba BCA adalah pendapatan bunga bersih yang naik 21,2 persen menjadi Rp 32 triliun. Sementara, kredit BCA tumbuh 11 persen menjadi Rp 346,6 triliun.
"Pertumbuhan kredit tidak terlalu besar sejalan dengan rasio kredit bermasalah (NPL) yang rendah di level 0,6 persen," ujar Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, Kamis (5/3/2015). Diantara bank besar, predikat bank dengan pertumbuhan laba tertinggi tahun 2014 jatuh ke tangan Bank BNI. Bank pelat merah ini mencatat pertumbuhan laba sebesar 19,1 persen menjadi Rp 10,78 triliun. BNI mengulang prestasi tahun 2013 dengan kenaikan tertinggi atau sebesar 28,37 persen.
Di antara empat bank berstatus bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV, hanya Bank Mandiri yang meraih pertumbuhan labasingle digit. Tapi, secara aset konsolidasi, Bank Mandiri tetap menyabet status bank dengan aset terbesar. Begitupun juga BRI yang masih berhak menggondol status bank dengan pemasukan laba paling jumbo. Nasib enam bank papan atas lain kurang beruntung. Lima dari enam bank mencatatkan kemerosotan laba, yakni CIMB Niaga, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Permata.
DPK tumbuh tipis Penurunan laba terbesar dialami oleh BII. Pemicu penurunan laba BII tersebut sebagian besar bank adalah perlambatan kredit dan kenaikan beban bunga. Dari enam bank, hanya Bank Panin yang mempertahankan kenaikan laba. Ada juga BTN yang menggenjot aset ke posisi sembilan, menggeser posisi BII.
Yang juga menarik dicermati adalah musim berebut likuiditas yang terlihat nyata. Dana pihak ketiga (DPK) 10 bank besar hanya tumbuh tipis atau di bawah 10 persen. Misalnya saja DPK BCA yang hanya tumbuh 9,4 persen menjadi Rp 447,9 triliun sepanjang 2014
Laba 10 bank beraset besar di sepanjang 2014 mencapai Rp 82,13 triliun. Angka tersebut tumbuh 5,18 persen dibandingkan periode akhir 2013 yang mencapai Rp 78,09 triliun. Bank-bank beraset besar yang dimaksud adalah Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank CIMB Niaga, Bank Danamon, Bank Permata, Bank Panin, Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank International Indonesia (BII).
Berdasarkan laporan keuangan bank-bank tersebut, bank milik pemerintah masih mendominasi perolehan laba. Di 2014, total laba yang dibukukan Mandiri, BRI, BNI dan BTN mencapai Rp 56 triliun atau naik 12,07 persen dari laba di 2013 yang mencapai Rp 49,97 triliun. Sementara, bank milik swasta hanya mencatat total laba Rp 26,13 triliun atau turun 7,06 persen dari perolehan laba di akhir 2013 yang sebesar Rp 28,12 triliun.
Dari kategori bank pelat merah, BRI masih menjadi bank dengan laba terbesar. Bank spesialis kredit mikro ini memperoleh laba Rp 24,2 triliun atau naik 14,35 persen dari Rp 21,16 triliun. Kemudian disusul Mandiri dengan catatan laba Rp 19,9 triliun atau naik 9,34 persen dari Rp 18,2 triliun.
Lalu BNI menjadi bank dengan pertumbuhan laba tertinggi dengan catatan 19,1 persen dari Rp 9,05 triliun menjadi Rp 10,78 triliun. Dan BTN menjadi satu-satunya bank milik pemerintah yang membukukan penurunan laba sebesar 28,59 persen dari Rp 1,56 triliun menjadi Rp 1,12 triliun.
Sementara itu, dari enam bank milik swasta, hanya dua bank saja yang mencatat pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba paling tinggi adalah BCA dengan perolehan Rp 16,49 triliun atau naik 15,7 persen dari Rp 14,25 triliun. Bank lainnya adalah Bank Panin dengan pertumbuhan laba 4,42 persen dari Rp 2,26 triliun menjadi Rp 2,36 triliun.
Empat bank swasta lainnya mengalami penurunan laba. Tengok saja CIMB Niaga yang punya laba Rp 4,6 triliun di 2013 harus turun 49,13 persen menjadi Rp 2,34 triliun di akhir 2014. Kemudian, Bank Danamon yang labanya turun 36 persen dari Rp 4,04 triliun menjadi Rp 2,6 triliun. Lalu Bank Permata memiliki laba Rp 1,59 triliun atau turun dari Rp 1,72 triliun dan dan BII yang labanya anjlok 65 persen dari Rp 1,24 triliun menjadi Rp 752 miliar.
PT. Bank Negara Indonesia (BNI) menutup tahun 2014 dengan laba bersih Rp 10,8 triliun atau naik 19,1 persen dibanding tahun lalu. Hal ini disampaikan Dirut utama BNI Gatot M Suwondo di Wisma BNI, Jakarta, Kamis (29/1/2015). "Kami merasa bersyukur dan bangga atas pencapaian kinerja keuangan BNI ini yang mampu meraih laba bersih sebesar Rp 10,8 triliun," jelas Gatot.
Sementara itu untuk pendapatan bunga bersih di tahun 2014 naik 17,4 persen menjadi Rp 22,4 triliun. "Naik Rp 17,4 triliun dari Rp. 19,1 triliun menjadi Rp 22,4 triliun yang menunjukkan kualitas kinerja perkreditan BNI dan tetap menjaga net interest margin (NIM) di level 6,2 persen," kata Gatot.
Untuk pendapatan non bunga tahun 2014 naik 13,5 persen menjadi Rp 10,7 triliun. "Naik 13,5 persen karena didukung oleh kenaikan fee based income dari pengelolaan rekening, bisnis kartu, transaksi ATM, dan sumber pendapatan non-bunga lainnya," jelas Gatot.
No comments:
Post a Comment