Monday, April 20, 2015

Ketidakpercayaan Publik Jadi Halangan Coca Cola dan Sinar Mas Dalam Kembangkan Bisnis

Kepercayaan publik menjadi modal kuat bagi korporasi untuk bisa menjalankan bisnisnya. Coca-Cola dan Sinar Mas adalah contoh perusahaan yang tengah menghadapi tantangan berat dalam membangun kepercayaan publik di tengah maraknya tudingan miring atas kerusakan lingkungan dan kesehatan yang ditimbulkan dari bisnisnya.

Atul Singh, Direktur Coca-Cola Asia Pasifik, mengakui prospek bisnis minuman ringan di dunia tak secerah dulu dengan munculnya kebijakan sejumlah negara yang memperketat penjualan minuman. Contohnya proyek Anti-Obesitas di Inggris, yang diyakini Singh bakal berdampak negatif terhadap bisnis Coca-Cola.

"Coca-Cola adalah penjual minuman ringan terbesar di dunia, tapi pada saat yang bersamaan karyawan kami akan berkurang sekitar 2 ribu orang pada tahun depan dengan adanya proyek anti Coca-Cola," jelas Singh dalam sesi diskusi World Economic Forum (WEF) bertajuk 'Trust or Bust' di Jakarta, Senin (20/4).

Tantangan lain yang dihadapi Coca-Cola, lanjut Singh adalah terkait pemanfaatan sumber daya air yang kerap mendapat tentangan di sejumlah negara. Singh mengklaim Coca-Cola selama ini lebih banyak mengembalikan air ke tanah dibandingkan dengan volume air yang dikonsumsi untuk produksi minuman soda.

"Pada 2020 kami berkomitmen untuk menetralkan penggunaan air dengan pemanfaatan air hujan," tuturnya.  Dia menambahkan Coca-Cola menjadi produsen minuman ringan terbesar di dunia tidak terlepas dari tingginya kepercayaan publik internasional terhadap produk minuman sodanya. Kepercayaan tersebut dibangun dengan aktif menjalin kemitraan dengan masyarakat dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan di sekitar lokasi pabrik Coca-Cola.

"Kami juga punya komitmen global untuk memberdayakan lima juta perempuan pada 2020," tuturnya.  Permasalahan serupa juga dihadapi oleh Sinar Mas Group yang banyak bergerak di industri perkebunan sawit. Pembakaran hutan dan polusi asap yang ditimbulkan menjadi salah satu kasus yang disangkakan pada Sinar Mas.

Franky Oesman Widjaja, Chairman and CEO Sinar Mas Agribusiness & Food, membantah perusahaannya melakukan pembakaran hutan. Pasalnya, sudah tiga tahun terakhir Sinar Mas menggalakan program zero burning.

"Banyak hal yang sudah kami lakukan, melebihi apa yang diatur kebijakan pemerintah. Misalnya kebijakan zero burning, pemerintah instruksikan mulai tahun ini, kami sudah mulai dari tiga tahun yang lalu," tuturnya.

No comments:

Post a Comment