Seorang pria dengan atasan kemeja biru gelap memasuki ruangan yang penuh dengan etalase batu-batu akik. Tak lama kemudian, bersama temannya ia berpose untuk difoto dengan batu-batuan dari beberapa provinsi di Indonesia tersebut. Namanya Sahman (26) asal Mataram, Lombok. Sahman mengatakan, sengaja berkunjung secara khusus ke Jakarta Gems Center (JGC), Rawa Bening, Jakarta Timur untuk melihat-melihat ragam batu akik.
"Saya dari Mataram, khusus ke sini untuk lihat-lihat. Di Mataram ada juga pasar seperti ini tapi jarang. Bahkan kebanyakan dari batu-batuan dari Mataram dibawa ke sini," jelas Sahman yang terlihat menggunakan satu cincin di tangan kiri lengkap dengan batuannya, Sabtu (1/2/2015).
Jika ditelusuri di Kamus Besar Bahasa Indonesia, batu akik merujuk kepada batuan yang digunakan untuk mata cincin. Memang tidak dijelaskan jenis batu apa saja yang bisa digunakan. Namun ketika Kompas.com bertanya kepada sejumlah pedagang di JGC, ditemukan dua arti yaitu batuan yang ditemukan di kali dan batuan dari lokal.
Salah satunya seperti yang disampaikan oleh Ketua Harian Asosiasi Pedagang Batu Perhiasan di JGC, Toto. "Batu akik itu batuan lokal. Batu-batuan yang indah ini ada di setiap provinsi yang ada di Indonesia," kata Toto.
Sejak tahun lalu, batu akik atau batuan vulkanik yang biasa ditemukan di galian sungai ini menjadi tren baik di kalangan dewasa hingga anak muda. Hal ini diakui Toto yang mengaku kaget dengan meningkatnya animo publik akan perihasan batu akik.
"Fenomena batu akik ini memang luar biasa sebenarnya. Saya sendiri juga kaget dalam jangka waktu setahun ini. Bahkan batu mulia (berlian, permata, intan) jadi kalah bersinar. Dari remaja sampai ibu-ibu sekarang sudah mulai suka batu cincin," kata pria yang pernah mengikuti pameran batu hias hingga ke Thailand dan Tiongkok.
Toto memaparkan ada beberapa alasan mengapa batu akik kini digemari oleh banyak orang. Menurutnya, salah satu penyebab ada pada promosi-promosi yang dilakukan oleh majalah-majalah dengan tema terkait. Selain itu, adanya pameran-pameran yang mulai tahun lalu sudah gencar dilakukan, baik oleh pemerintah maupun swasta.
"Bisa booming mungkin karena ada majalah-majalah khusus batu hias, terus pameran, kontes- kontes, dan promosi yang gencar. Jadinya orang yang asalnya awam dan tidak suka jadi tertarik. Bisa juga booming karena dari mulut ke mulut pembeli yang membuat orang-orang penasaran," tutur Toto.
Meningkatnya minat masyarakat akan batu akik tentu juga menambah omzet dari penjualan batu akik. Toto mengakui kenaikannya mencapai 50 persen dibandingkan sebelum tahun-tahun booming-nya batu akik.
"Harga batu akik naik 50 persen karena booming. Apalagi bahan batuan yang selalu diambil maka otomatis makin langka, lalu harga akan makin mahal," jelas Toto. Jangan heran melihat teman atau kerabat Anda pergi ke mana-mana sembari mengantongi senter kecil. Kemungkinan besar, teman atau kerabat Anda lagi terkena demam yang tengah melanda negeri ini: demam batu akik.
Tenang, ini bukan jenis penyakit baru yang membikin lemas tak berdaya. Demam yang satu ini bikin pengidapnya aktif berburu akik. Ya, batu akik memang makin booming sejak setahun terakhir. Putut Supriyono, penggemar batu akik sekaligus manajer pameran batu akik ACC Media Permata, mengatakan, demam akik bermula dari kegemaran sebagian masyarakat. Lalu, banyak orang yang latah dan ikut-ikutan mengoleksi akik.
Di sisi lain, suplai batu akik juga semakin meningkat. Awalnya, cuma batu bacan yang menjadi tren. Setelah itu, banyak penambang dan perajin mulai menggali potensi batu akik di masing-masing daerahnya. “Dari situ muncul bermacam jenis batu akik dari berbagai daerah,” kata Putut.
Yang menarik, penggemar batu akik tidak hanya lelaki dan orangtua, lo. Anak muda dan kaum ibu pun mulai ikut berburu batu akik. Putut bilang, penggemar batu akik berasal dari berbagai kalangan, baik usia maupun kelas ekonomi. Buktinya, setiap pameran batu akik yang ia selenggarakan selalu sukses menyedot pengunjung. Sepanjang tahun lalu, dia menggelar sekitar 25 pameran batu akik di berbagai daerah.
Tahun ini, Putut juga berencana mengadakan pameran serupa di sejumlah kota, bekerjasama dengan komunitas penggemar batu akik di daerah setempat. Total, setidaknya ada 50 pameran yang bakal digelar tahun ini. Yang terdekat, ia akan menyelenggarakan pameran batu akik di Kota Solo pada awal bulan depan. “Banyak permintaan datang dari pengelola mal ataupun dari pemerintah daerah,” ungkap Putut.
Tentu, demam batu akik mendatangkan cuan bagi para pemain yang terlibat. Budi Suprapto, penjual batu akik asal Solo, menuturkan, dirinya bisa meraup omzet Rp 15 juta per bulan dari bisnis berjualan batu akik. Yang jelas, perputaran duit dalam bisnis akik sangat besar. “Rata-rata transaksi jual-beli batu akik per hari saat pameran setidaknya mencapai Rp 500 juta,” beber Putut.
Lantaran uang yang berputar relatif besar, menurut Putut,booming batu akik telah menggerakkan laju perekonomian menggelinding lebih cepat. Sebab, perputaran duit di bisnis batu akik tidak hanya dinikmati penjual batu. Penambang batu, perajin, maupun pemilik bengkel akik juga ikut menikmati berkah. Demam akik sekaligus juga menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha.
Pertanyaannya: seberapa lama demam batu akik bertahan? Apakah bisa bertahan bertahun-tahun atau hanya demam sesaat layaknya demam tanaman anturium dan adenium beberapa tahun lalu? Putut optimistis, tren batu akik bisa bertahan lama, setidaknya hingga lima tahun ke depan. Suwondo, kolektor batu akik asal Surabaya, mengamini, euforia batu akik bisa bertahan lama. Meski demam batu akik berakhir, harga batu akik tidak akan jatuh. “Harga batu akik semakin meningkat karena sumber daya batu akik terbatas dan semakin lama semakin langka,” imbuh Sam Sianata, kolektor batu bergambar.
Namun, Nanu, pedagang batu akik di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, menyatakan, tren batu akik cuma musiman. “Harga batu akik akan jatuh dalam beberapa tahun mendatang karena tren batu akik makin tergerus,” ungkap Nanu.
No comments:
Post a Comment