Kejatuhan pasar saham ibarat alarm bagi Indonesia. Meski penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jadi peluang mengakumulasi saham yang sudah murah, investor harus ekstra waspada. Tekanan IHSG kali ini bukan sekadar efek strategi sell on may and go away, tapi sudah menyenggol fundamental ekonomi Indonesia. Kemarin, IHSG jebol 3,49 persen menjadi 5.245,45. Asing ikut angkat koper dari bursa saham dan aksi penjualan bersih (net sell) mencapai Rp 2,2 triliun.
Seluruh sektor dan indeks konstituen di Bursa Efek Indonesia (BEI) merah terpicu penurunan kinerja kuartal I-2015 sejumlah emiten besar. Misalnya, kinerja emiten raksasa, PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bank Mandiri Indonesia Tbk (BMRI), di bawah harapan. Saat bersamaan, ekonomi Indonesia diramalkan melambat.
Sebastian Tobing, Kepala Riset Trimegah Securities, mengatakan, potensi pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2015, berandil menekan IHSG. Kepala Riset Sucorinvest Central Gani Maxi Liesyaputra, menghitung, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 cuma 4,75 persen-4,9 persen. Investor asing kecewa, belanja pemerintah masih minim. Pelaksanaan proyek infrastruktur, daya tarik utama bagi investor asing, juga mulai diragukan. Sementara penyerapan anggaran belanja negara juga lambat.
Faktor lain yang menjadi penyebab IHSG sempoyongan adalah kemungkinan lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) tidak menaikkan rating Indonesia akibat ekonomi masih labil. Nah, peringatan dini dari pelaku pasar yang kecewa dengan kinerja ekonomi kabinet baru ini masih menghantui pasar. Beberapa analis yang dihubungi KONTAN memprediksikan, jangka pendek, IHSG bisa turun ke 5.150-5.200. "Secara teknikal potensi rebound ada, tapi jangka menengah masih tren turun," kata Angelo Michel, seorang praktisi pasar saham.
Masa krusial IHSG baru di kuartal III. Jika proyek infrastruktur benar-benar terlaksana, IHSG tancap gas. Nah, melihat potensi IHSG turun lagi, "Menahan diri dulu, jangan transaksi dalam jumlah banyak," kata Sebastian. Ia dan Analis BNI Securities, Thendra Chrisnanda, menyarankan, jika sedikit menghijau, saham yang sudah jatuh seperti BMRI, BBNI dan BBRI bisa dibeli sedikit.
Maxi menilai, di jangka pendek, IHSG dalam tren turun dan ke 5.150. Sementara prediksi Thendra di 5.180-5.200. Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities melihat, price earning ratio (PER) IHSG masih mahal. Dalam situasi seperti ini, ia menyarankan investor mengakumulasi saham sangat defensif. "Sektor konsumer, misalnya UNVR, INDF dan KLBF," saran Hary
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal perdagangan Selasa (28/4/2015) makin tenggelam di zona merah. IHSG bahkan melorot hingga di bawah level 5.200. IHSG dibuka turun34,31 poin ke posisi 5.211,14. Hingga sekitar pukul 09.35 WIB, indeks melemah 48,89 poin (0,93 persen) menjadi 5.196,55. Tercatat 65 saham naik, 153 saham turun, dan 51 saham stagnan. Adapun nilai transaksi mencapai Rp 1,48 triliun dengan volume 967,19 juta lot saham.
Riset Mandiri Sekuritas, menyebutkan, secara teknikal IHSG membentuk pola double top dan terkonfirmasi kemarin menembus support/garis neckline di level 5.350. "Target harga teoritis untuk penurunan adalah di kisaran 5.200. Pola double top ini merupakan pola reversal yang memberikan sinyal pembalikan arah," demikian Riset Mandiri Sekuritas pagi ini.
Sentimen dari eksternal masih variatif di tengah penantian hasil FOMC Meeting The Federal Reserve tengah pekan ini. Bursa Wall Street ditutup memerah, sementara bursa di kawasan Asia pagi ini bergerak menghijau. "Strategi yang dapat dilakukan pemodal saat ini adalah menunggu terjadinya pullback (technical rebound) di kisaran garis support/neckline di 5.350 untuk mengurangi posisi. Jika tidak terjadi pullback, posisi buy untuk averaging menunggu di kisaran area target double top yaitu di kisaran 5.200. Potensi pembalikan arah secara teknikal terlihat pada saham-saham perbankan," tulisnya.
Kemarin, IHSG ditutup anjlok 189,90 poin (3,49 persen) pada ke 5.245,44. Pasar menunggu sinyal pembalikan arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari penurunan lebih lanjut, Selasa (28/4/2015). Variatifnya sentimen diperkirakan mewarnai perdagangan saham hari ini di tengah penantian angka produk domestik brutto Indonesia.
Kemarin, IHSG ditutup turun signifikan ke 5.245,44 atau anjlok 189,90 poin (3,49 persen. Indeks LQ45 ditutup terkoreksi 39,83 poin (4,19 persen) ke 910,64. Menurut Riset Mandiri Sekuritas, secara teknikal IHSG membentuk pola double top dan terkonfirmasi kemarin menembus support/garis neckline di level 5.350. "Target harga teoritis untuk penurunan adalah di kisaran 5.200. Pola double top ini merupakan pola reversal yang memberikan sinyal pembalikan arah," demikian Riset Mandiri Sekuritas pagi ini.
Sentimen dari eksternal masih variatif di tengah penantian hasil FOMC Meeting The Federal Reserve tengah pekan ini. Bursa Wall Street ditutup memerah, sementara bursa di kawasan Asia pagi ini bergerak menghijau. "Strategi yang dapat dilakukan pemodal saat ini adalah menunggu terjadinya pullback (technical rebound) di kisaran garissupport/neckline di 5.350 untuk mengurangi posisi. Jika tidak terjadi pullback, posisi buy untuk averaging menunggu di kisaran area target double top yaitu di kisaran 5.200. Potensi pembalikan arah secara teknikal terlihat pada saham-saham perbankan," tulisnya.
Rentang untuk indeks hari ini diproyeksikan berada pada kisaran 5.200 - 5.350. Saham-saham pilihan hari ini adalah AALI, ASII dan ADHI.
No comments:
Post a Comment