Tuesday, April 28, 2015

Garuda Indonesia Bermitra Dengan 4 Bank Besar Untuk Lakukan Cash Management

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. bekerja sama cash management dengan empat bank besar. Kerjasama itu dilakukan dengan penandatanganan perjanjian oleh Direktur Utama Garuda Indonesia M. Arif Wibowo, bersama sama Deputi Presiden Direktur BRI Sunarso , Presiden Direktur BII, Taswin Zakaria, Chief Executive Officer Standard Chartered Bank, Shee Tse Koon, dan Head of Corporate & Investment Banking Citi Indonesia, Gioshia Ralie di Gedung Garuda Indonesia, jalan Kebon Sirih, No. 44, Jakarta pada Selasa (28/4/2015).

Melalui kerjasama ini, Garuda Indonesia menunjuk keempat institusi perbankan tersebut untuk melakukan pengelolaan kas perseroan secara real time, online dan terintegrasi, yang meliputi penyediaan sistem fasilitas ca sh management berupa fasilitas Automatic Payment & Automatic Posting (host to host system), Electronic Payment Tax (e-tax), dan fasilitas perbankan lainnya.

Direktur Utama Garuda Indonesia M. Arif Wibowo mengatakan bahwa penunjukan keempat institusi perbankan tersebut didasarkan pada komitmen, dukungan, serta kontribusi yang telah terjalin dengan baik antar-korporasi, baik melalui berbagai pengembangan kerjasama perbankan seperti fasilitas pinjaman bilateral, sindikasi hingga kerjasama hedging cross currency swap.

Kerja sama tersebut akan dilaksanakan dalam jangka waktu hingga tiga tahun, dan implementasi kerjasama tersebut meliputi pengelolaan cash management Garuda Indonesia di kantor pusat maupun kantor cabang.

"Penandatanganan kerjasama cash management dengan keempat institusi perbankan tersebut merupakan bagian dari komitmen Perseroan untuk secara berkelanjutan melaksanakan strategi Quick Win untuk kembali rebound di tengah tantangan yang dihadapi industri penerbangan saat ini," ujarnya dalam siaran pers yang diterima . Garuda Indonesia melaksanakan strategi jangka pendek yakni Quick Wins untuk rebound pada 2015 di tengah kondisi industri penerbangan-bukan saja domestik namun juga global yang dewasa ini sedang mengalami turbulensi.

Dia menuturkan dalam upaya mengatasi berbagai kondisi tersebut serta sebagai bagian dari program pengembangan perusahaan ke depan, program Quick Wins dilakukan melalui tiga strategi utama, yakni dengan meningkatan revenue generator di mana seluruh potensi yang dapat meningkatkan revenue perusahaan akan dimaksimalkan.

Selain itu, melakukan restrukturisasi cost driver, di mana Garuda akan melakukan penataan dan restrukturisasi biaya sehingga dapat dicapai efisiensi yang tinggi tanpa mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan. "Yang terakhir kami lakukan kegiatan reprofiling, melalui berbagai langkah dan strategi menyangkut aspek keuangan sehingga kondisi finansial perusahaan terjaga," kata Arif.

Direktur Keuangan, Risiko, dan Teknologi Informasi Garuda Indonesia I.G.N. Askhara Danadiputra menuturkan adanya kerjasama ini dapat mendukung upaya perseroan dalam penataan pengelolaan kas yang lebih terkontrol secara real time, online dan terintegrasi, melalui sistem fasilitas cash management yang dimiliki keempat institusi perbankan tersebut.

"Dengan keunggulan platform dan sistem fasilitas cash management yang dimiliki masing-masing institusi perbankan tersebut, kami harapkan akan semakin mempermudah proses transaksi bisnis secara efektif dan efisien," ucapnya. Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu mengatakan PT Garuda Indonesia (Persero) memiliki prospek bisnis yang cerah di bawah kendali Arif Wibowo selaku Direktur Utama yang baru. Pekerjaan rumah Arif, kata Said, adalah melakukan efisiensi untuk memperkecil biaya produksi.

"Beberapa waktu terakhir, biaya produksi dan revenue Garuda tidak seimbang. Itu karena tidak efisien," kata Said. Hal pertama yang perlu dilakukan Arif, kata Said, adalah meningkatkan utilitas pesawat milik Garuda. Saat ini, Garuda memiliki 160 pesawat yang melayani 600 penerbangan. Menurut Said armada tersebut tidak efisien karena tingkat pemuatan penumpang (load factor) Garuda masih rendah. "Sehingga biaya pengangkutan penumpang lebih besar daripada pendapatan," ujarnya.

Langkah efisiensi kedua, kata Said, adalah menata rute sesuai dengan jenis pesawat. Saat ini, Garuda Indonesia mendatangkan pesawat Boeing 777 yang berbadan lebar (wide body) dan beberapa pesawat yang berbadan kecil (narrow body). Said menyarankan agar Garuda tidak terburu-buru mendatangkan pesawat baru sebelum biaya produksi dan pendapatan seimbang. Pengadaan pesawat perlu ditunda jika belum ada pengaturan rute yang baru.

"Jika Boeing 737 sehari tidak beroperasi, perusahaan kehilangan uang Rp 3 miliar. Jika Boeing 777 tidak beroperasi, perusahaan kehilangan uang Rp 9 miliar," kata Said.

No comments:

Post a Comment