Produsen rokok PT Hanjaya Mandala (HM) Sampoerna Tbk akhirnya menetapkan harga pelepasan saham baru (rights issue) yang dilakukan untuk menaati aturan otoritas pasar modal Indonesia terkait saham publik minimal. Dengan harga yang ditetapkan ini, Sampoerna bakal meraup dana hingga Rp 20,6 triliun. Direktur Sampoerna Yos Adiguna Ginting menyatakan sehubungan Penawaran Umum Terbatas dalam Rangka Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), perseroan menyampaikan tambahan dan perubahan informasi.
Perubahan informasi, lanjut manajemen, berkenaan dengan perubahan rentang harga pelaksanaan satu HMETD menjadi saham baru yang sebelumnya berada di Rp 65 ribu sampai Rp 77 ribu per saham. “Perseroan telah menetapkan Harga Pelaksanaan satu HMETD menjadi satu saham baru sebesar Rp 77 ribu per saham. Harga ini lebih tinggi 1,349 persen dari harga penutupan saham Perseroan yaitu Rp 75.975 per saham pada 30 September 2015,” tulis Yos dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (1/10).
Sehubungan dengan Penawaran Umum Terbatas tersebut, PT Philip Moris Indonesia (PMID) telah menegaskan kepada Perseroan bahwa akan menjual 264.209.711 dari HMETD yang menjadi haknya dalam suatu penawaran terbatas kepada investor institusional dan bahwa PMID akan melaksanakan sisanya sebanyak 600.640 HMETD yang menjadi haknya.
Seperti diketahui, Sampoerna memang wajib melepas saham milik PT Philip Morris Indonesia kepada publik. Komitmen tersebut wajib direalisasikan perseroan jika ingin tetap melantai di pasar modal Indonesia. Rencana aksi korporasi itu mengacu pada Surat Keputusan Direksi PT BEI Nomor Kep-00001/BEI/01-2014 yang mewajibkan semua perusahaan publik yang terdaftar untuk melepas minimal 7,5 persen dari total modal disetor ke publik paling lambat 30 Januari 2016.
Sampoerna merupakan anak perusahaan dari Philip Morris International Inc melalui kepemilikan saham Philip Morris Indonesia atas Sampoerna dengan total saham sebesar 98,2 persen. Artinya, saham publik masih berada di bawah angka 7,5 persen. Masuknya Philip Morris dalam penguasaan saham Sampoerna bermula pada Mei 2005. Philip Morris melalui anak usahanya, Altria Group mencaplok 97,95 persen saham Sampoerna saat itu.
Dari sisi kinerja, sepanjang kuartal I 2015 Sampoerna membukukan penjualan bersih senilai Rp 21,6 triliun atau naik 17,7 persen dari Rp 18,3 triliun pada tiga bulan pertama 2014. Laba bersih Sampoerna juga meningkat dari Rp 2,8 triliun menjadi Rp 2,9 triliun dalam periode tersebut
No comments:
Post a Comment