Friday, June 6, 2014

Pemerintah Termakan Studi McKinsey dan Goldman Sachs

Pemerintah dianggap terbuai studi McKinsey yang menyebutkan, Indonesia akan menjadi kekuatan ketujuh terbesar dunia pada 2030. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Koordinator Asosiasi, Noke Kiroyan, mengatakan, kalau dibaca secara lengkap, ada sejumlah prakondisi atau prasyarat untuk mencapai hal tersebut.

"Di sejumlah kesempatan, banyak menteri sering mengutip study McKinsey. Padahal ini adalah suatu hipotesa bukan keniscayaan," ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (6/6/2014). Menurutnya, itu adalah hipotesa yang akan terwujud, jika Indonesia mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi. "Angka ini diucapkan sebagai keniscayaan. Tapi kalau kita baca utuh ada prasyarat yang harus dipenuhi," kata Noke.

Atas dasar itu, dia berharap pemerintahan mendatang bisa melakukan gebrakan, untuk mempermudah usaha, menurunkan biaya logistik, serta meningkatkan daya saing. Sejauh ini, pengusaha merasa masih sulit berusaha. Dia bilang, pengusaha seringkali terkaget-kaget dengan ketentuan baru. "Kalau ekonomi buruk, biasanya pemerintah akan melakukan deregulasi. Tapi selama pemerintahan SBY ini, belum sama sekali ada deregulasi. Bahkan yang ada malah peraturan yang tumpang tindih," ujarnya.

Di samping prasyarat yang dinilai belum mengarah ke hasil studi McKinsey, dia juga melihat, pembangunan saat ini masih kurang menyentuh rakyat banyak. Pada 2012, indeks gini rasio di level 0,37. Rasio ini meningkat pada 2013 lalu, menjadi 0,41.

"Artinya ketimpangan sosial semakin lebar. Ini, pengusaha tidak diam. Karena kita juga berkepentingan untuk pemerataan pendapatan, sehingga masyarakat sejahtera," kata Noke. Empat negara disebut bakal menjadi kekuatan baru ekonomi dunia. Mereka adalah Meksiko, Indonesia, Nigeria, dan Turki, atau disingkat MINT.

Demikian disampaikan Menteri Keuangan Chatib Basri seusai menerima kunjungan Jim O’Neill, ekonom senior dari Goldman Sachs, beberapa waktu lalu. "Dia tanya mengenai Indonesia. Jadi, dilihat dari perkembangan terakhir, memang BRICS ini istilah dia tidak sepenuhnya relevan lagi sekarang," kata Chatib seusai melantik pejabat eselon II Kementerian Keuangan, di Jakarta, Selasa (7/1/2014).

Sekadar informasi, BRICS terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (South Africa), yang sebelumnya disebut juga oleh Jim sebagai negara-negara baru kekuatan ekonomi dunia. Kini, Jim menambahkan MINT masuk ke dalam daftar negara baru kekuatan ekonomi dunia.

Chatib mengatakan, menurut Jim, kesamaan di antara empat negara MINT yang menjadi faktor pendorong kekuatan ekonominya ialah pasar yang besar dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi.

"Tantangannya, waktu interview dengan Jim, yang dia tanya terus dan dia concern, dan saya kira itu masuk akal adalah infrastruktur," ungkap mantan Kepala BPKM itu.

No comments:

Post a Comment