Ketua Asosiasi Importir Ponsel Indonesia Eko Nilam mengatakan kenaikan harga ponsel pada seluruh kategori tak hanya disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah, melainkan juga permintaan yang tinggi. "Menghadapi Lebaran ini, permintaan diprediksi naik hingga 30 persen," katanya saat dihubungi , Jumat, 6 Juni 2014.
Masyarakat saat ini cenderung membeli ponsel untuk oleh-oleh pulang kampung. Menurut Eko, saat Lebaran pun isi dompet konsumen sedang tinggi-tingginya karena adanya pendapatan tunjangan hari raya. "Kenaikan harga dikarenakan permintaan yang tinggi terjadi di semua jenis dan merek ponsel," ujarnya.
Selain itu, momen Lebaran saat ini bertepatan dengan kenaikan kelas. Eko mengatakan transisi pergantian murid baru berpengaruh cukup signifikan bagi produsen ponsel. Perilaku pasar dinilai cukup konsumtif saat momen tersebut dan momen ini dapat dipakai untuk meraup untung sebesar-besarnya.
Apalagi, tutur Eko, pasar semakin meningkat setelah merebaknya isu dikenakannya pajak penjualan barang mewah (PPnBM) bagi ponsel. "Beberapa konsumen memanfaatkan waktu sebelum pajak tersebut dikenakan," ujarnya. Pemerintah belum membuat kebijakan resmi terkait dengan pengenaan pajak bagi ponsel. Pajak ini baru akan diberlakukan jika produsen lokal siap memproduksi ponsel sendiri.
Momen pemilihan presiden juga membuat pasar semakin tinggi. Eko mengatakan tim partai pendukung calon presiden membeli ponsel dengan jumlah besar. Dia menduga ponsel tersebut akan diberikan bagi para saksi yang diposkan di tiap tempat pemungutan suara.
Distributor telepon seluler tengah bersiap-siap menaikkan harga jual produknya. Salah satu indikator yang diamati sebelum benar-benar menaikkan harga jual ponsel adalah nilai tukar rupiah yang belakangan terus melemah. Wakil Ketua Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI), Lee Kang Hyun, menyatakan, para pengusaha mewaspadai kurs rupiah di level Rp 12.000 per dolar AS. “Mau tak mau kalau sudah menyentuh Rupiah menyentuh Rp 12.000, semua distributor pasti akan menaikkan harga ponselnya," ujarnya ketika dihubungi, Jumat, 6 Juni 2014.
Kenaikan harga jual ini, menurut Lee, terpaksa ditempuh oleh distributor untuk mengimbangi selisih kurs karena kebanyakan kandungan impor produk ponsel masih tinggi. Saat ini rata-rata para distributor ponsel belum menaikkan harga karena masih menunggu para kompetitor lainnya.
Ia menjelaskan, kenaikan harga bergantung pada model ponsel. “Tahap awal mungkin naik sekitar lima persen, sembari menunggu perkembangan berikutnya," ujar Lee.
Pada hari Jumat ini, kurs rupiah berada di level Rp 11.823 per dolar AS. Angka ini turun bila dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang sempat melejit ke level Rp 11.874 per dolar AS. Sebelumnya, Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri mengungkapkan salah satu pemicu anjloknya rupiah karena defisit neraca perdagangan Indonesia per April lalu ditambah dengan sentimen negatif dari perekonomian domestik.
Soal kenaikan harga jual ponsel juga diutarakan oleh Ketua Asosiasi Importir Ponsel Indonesia, Eko Nilam. Ia mengatakan, selain karena melemahnya nilai rupiah, kenaikan harga ponsel pada seluruh kategori disebabkan oleh permintaan yang tinggi. "Menghadapi lebaran ini, permintaan diprediksi naik hingga 30 persen," tuturnya.
Selain untuk kepentingan pergaulan, masyarakat saat ini cenderung membeli ponsel untuk oleh-oleh pulang kampung. Di masa lebaran, tambahan pendapatan berupa Tunjangan Hari Raya juga secara tak langsung mendorong pembelian produk ponsel di semua jenis dan merek ponsel.
No comments:
Post a Comment