Pemerintah Indonesia merangkul Selandia Baru untuk meningkatkan sektor peternakan Indonesia, khususnya produksi susu nasional. Pasalnya, laju peningkatan produksi susu yang hanya 3,9 persen per tahun jauh lebih rendah dibanding laju pertumbuhan konsumsi susu yang mencapai 7 persen per tahun.
"Kerja sama dengan Selandia Baru mencakup transfer pengetahuan dan alih teknologi budidaya sapi perah, agar produksi susu nasional bisa meningkat," kata Fauzi Luthan, Direktur Budidaya Ternak Kementerian Pertanian, pada acara peresmian pelatihan Fonterra Dairy Farming Scholarship di Kementerian Pertanian, Rabu, 4 Juni 2014.
Kerja sama yang mencakup pengiriman peternak sapi perah dan tenaga ahli Kementerian Pertanian ke Selandia Baru ini diharapkan mampu menekan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan dari sektor peternakan sapi perah.
"Alih teknologi kini mulai terasa hasilnya, volume produksi meningkat setelah menggunakan mesin perah serta jumlah bakteri dalam susu yang menurun drastis," kata Satria, peternak asal Cisarua yang pernah belajar di Selandia Baru.
Komitmen memajukan peternakan sapi perah ini, kata Tredene Dobson, Wakil Duta Besar Selandia Baru, didasarkan atas kesamaan pandangan dalam mengelola sektor pertanian di kedua negara. "Selandia Baru memiliki program pengembangan bernama Dairy Excellence Project yang bernilai US$ 6,7 juta untuk membangun kapasitas peternak sapi perah di Indonesia," ujarnya.
Tredene mengatakan peternak sapi perah dari Indonesia akan belajar dua hal yakni teori dan praktek pemerahan sapi. "Peternak akan belajar di universitas yang memiliki program peternakan unggulan sekaligus melakukan praktik langsung di sentra-sentra peternakan," katanya.
Lewat kemitraan ini, kata Tredene, kualitas susu, tingkat produktivitas, dan keahlian peternak bisa makin berkembang. "Selandia Baru ingin industri susu lokal di Indonesia setara dengan kualitas industri susu di Selandia Baru," ia mengatakan.
No comments:
Post a Comment