Wednesday, October 1, 2014

Produksi Susu Nasional Kritis

Dewan Persusuan Nasional menyatakan program kedaulatan pangan presiden terpilih, Joko Widodo, di bidang susu dipastikan bakal berat. Sebab, produksi susu segar dalam negeri saat ini menunjukkan posisi yang kritis. "Produksi susu segar dalam negeri sudah lampu merah," kata Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana dalam keterangan tertulis, Rabu, 1 Oktober 2014.

Menurut Teguh, produksi susu segar dalam negeri hanya sekitar 1.600 ton per hari atau senilai Rp 7,2 miliar. Total produksi dengan nilai Rp 2,6 triliun per tahun itu dihasilkan dari sekitar 100 ribu peternak sapi perah rakyat.

Angka tersebut tak sebanding dengan impor susu baik untuk kebutuhan bahan baku industri ataupun sebagai produk olahan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik di tahun 2013, impor susu mencapai US$ 1,318 miliar (setara Rp 15,7 triliun). Artinya dibandingkan dengan nilai impor, produksi susu segar dalam negeri hanya sekitar 16,5 persen. "Ada indikasi penurunan dalam 10 tahun terakhir," ujarnya.

Teguh menyebutkan, impor susu selama ini berasal dari Selandia Baru sebanyak 24 persen dari kebutuhan nasional. Selain itu Amerika Serikat (21 persen), Australia (13 persen), Prancis (10 persen), dan Belanda (8 persen).

Dari sisi populasi sapi perah, angkanya juga memprihatinkan. Hasil Sensus Pertanian BPS 2013, populasi sapi perah betina hanya sekitar 350 ribu ekor yang terdiri dari pedet sampai sapi laktasi. Angka ini turun drastis dibandingkan dengan sensus BPS di tahun 2011 di mana populasi sapi perah betina sekitar 420 ribu ekor.

Sementara itu, data Gabungan Koperasi Susu Indonesia menyebutkan sapi perah yang laktasi saat ini hanya sekitar 200 ribu ekor. Dari sisi populasi sapi perah, hasil Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik pada 2013 menunjukkan populasi sapi perah betina hanya sekitar 350 ribu ekor. Itu pun sudah termasuk sapi anakan sampai sapi yang sudah menghasilkan susu (laktasi). Jumlah sapi ini turun drastis dibanding hasil Sensus Pertanian BPS dua tahun sebelumnya, yang menunjukkan populasi sapi perah betina sekitar 420 ribu ekor. Adapun data Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) menyebutkan sapi perah laktasi saat ini hanya sekitar 200 ribu ekor.
Untuk meningkatkan produksi susu segar, pengusaha meminta pemerintah menaruh perhatian besar pada peternakan sapi perah dalam negeri. Pemerintah diharapkan menetapkan harga susu yang wajar agar peternak semakin bergairah.

Pemerintah berencana mengembangkan ternak sapi perah dan industri pengolahan susu di luar Pulau Jawa. "Kementerian Pertanian sudah mengembangkan peternakan sapi perah di Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat sejak 2006," kata Fauzi Luthan, Direktur Budi Daya Ternak Kementerian Pertanian pada acara pelatihan "Fonterra Dairy Farming Scholarship" di Kementerian Pertanian, Rabu, 4 Juni 2014.

Sentra peternakan sapi perah di Sulawesi Selatan tersebar di Kabupaten Gowa, Sinjai, Enrekang, dan Pinrang. Di empat daerah tersebut, populasinya sekitar 2.500 ekor sapi perah. Sedangkan di Sumatera Barat, ternak sapi perah menyebar di Kota Padang Panjang, Payakumbuh, Bukittinggi, dan Kabupaten Tanah Datar.

Pengembangan sentra ternak sapi perah di luar Jawa itu bertujuan mengimbangi besarnya persentase peternakan dan industri susu yang berpusat di Pulau Jawa, yakni mencapai 95 persen.

Menurut Fauzi, produksi susu di Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat masih belum dikelola sebagaimana pengelolaan di Pulau Jawa, yaitu masuk dalam industri pengolahan susu. "Masih untuk konsumsi masyarakat lokal, seperti pembuatan dangke di Sulawesi Selatan atau pembuatan keripik susu," ujarnya.

No comments:

Post a Comment