Monday, February 2, 2015

Januari 2015 Terjadi Deflasi 0,24 Persen

Dua kali penurunan harga bahan bakar minyak oleh Presiden Joko Widodo mulai memberi dampak. Badan Pusat Statistik melaporkan pada hari ini, Senin, 2 Februari 2015, sepanjang Januari 2015, terjadi deflasi atau penurunan harga rata-rata barang dan jasa sebesar 0,24 persen. Jadi, inflasi tahunan (Januari 2014-Januari 2015) menjadi 6,96 persen.

Menurut BPS, inflasi terjadi karena penurunan harga pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 4,04 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran lain yang naik adalah kelompok bahan makanan yang naik 0,6 persen; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,65 persen); perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,8 persen); serta kesehatan (0,6 persen).

Beberapa komoditas yang turun harga pada Januari 2015 antara lain bensin, cabai merah, tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan udara, cabai rawit, solar, buncis, kacang panjang, dan mentimun. Sedangkan komoditas yang harganya naik antara lain daging ayam ras, ikan segar, beras, telur ayam ras, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, upah pembantu rumah tangga, tarif rumah sakit, dan rokok kretek filter.

Kepala Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk Juniman menuturkan tekanan inflasi menurun karena harga beberapa komoditas makanan dan harga BBM turun. "Mengingat harga BBM telah turun dua kali," ujarnya saat dihubungi hari ini. Ia juga memprediksi neraca perdagangan Indonesia akan kembali surplus karena faktor musiman pada Desember.

Jokowi, pada 17 November 2014, mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi yang berlaku keesokan harinya. Harga Premium dinaikkan dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 per liter, sementara solar naik dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter.

Seiring dengan merosotnya harga minyak mentah dunia, pada 31 Desember 2014, Presiden menurunkan harga Premium menjadi Rp 7.600 per liter dan solar Rp 7.250 per liter. Disusul kebijakan serupa pada 18 Januari 2015 yang membuat harga Premium tinggal Rp 6.600-6.700 per liter dan solar Rp 6.400 per liter.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan inflasi Januari akan cenderung rendah. Penyebab utamanya adalah adanya kebijakan penurunan harga bahan bakar minyak. "Penurunannya berdampak rendahnya inflasi, bahkan mungkin bisa deflasi," kata Agus seusai bertemu presiden di ‎Istana Merdeka, Rabu, 28 Januari 2015.

Menurut Agus, inflasi tahun lalu yang mencapai 8,3 persen berdampak tak sehat pada manajemen energi dalam negeri. Namun dia meyakini rendahnya inflasi pada awal tahun akan mempermudah pemerintah dalam menjaga target hingga akhir tahun.

Agus mengatakan, tingginya harga cabai pada November-Desember 2014 memang sempat dikhawatirkan bakal berdampak pada inflasi awal tahun. Namun menurut dia, kenaikan harga cabai hanya berkontribusi kecil terhadap pergerakan inflasi. Walaupun begitu, kenaikan cabai tetap harus diwaspadai apalagi jika mencapai Rp 100 ribu per kilogram.

Selain harga cabai, harga bahan pokok lain yang menurut dia harus dijaga adalah daging ayam dan telur ayam. Bahkan dalam pertemuan tadi, Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil langsung memberi arahan kepada kementerian terkait.

Ihwal pengendalian harga bahan pokok dan inflasi, kata Agus, presiden juga sudah memberikan arahan kepada bupati dan gubernur. Dia optimistis koordinasi semacam ini mampu menjaga angka inflasi dengan lebih baik. Dia berharap target inflasi tahun ini pada angka 4 persen plus-minus satu bisa tercapai. "Jadi kalau kemarin inflasi itu disepakati sebesar 5 persen, itu sudah sesuai dengan bayangan BI."

Jika pada Januari diperkirakan inflasi akan cenderung rendah atau bahkan deflasi, Agus mengatakan bahwa pada bulan-bulan tertentu, seperti Maret, Juni, dan September, inflasi diperkirakan akan menyentuh angka tinggi. Hal ini sesuai dengan pergerakan tahunan.

Tak hanya harga bahan pokok, Agus mengatakan tarif angkutan kota juga harus dikendalikan. Pemerintah pusat, menurut dia, akan terus berkoordinasi dengan gubernur, wali kota, dan bupati.

Hingga saat ini, menurut Agus, masih banyak tarif angkutan kota yang belum diturunkan. Penurunan harga, kata dia, perlu segera dilakukan, apalagi tarif sempat naik terlalu tinggi saat adanya kenaikan harga BBM sebelumnya.

No comments:

Post a Comment