Sunday, April 5, 2015

Laporan International Halal Showcase : Produk Halal Kuasai 12 Persen Pangsa Pasar Global

Sebanyak 41 perusahaan Indonesiaberpartisipasi dalam Malaysia International Halal Showcase (MIHAS) 2015. Dengan jumlah terbanyak setelah Malaysia, Pavilion Indonesia yang berisi 30 stand berhasil menarik perhatian pembeli internasional. Beragam produk makanan, minuman, suplemen hingga kosmetik halal buatan Indonesia di MIHAS 2015 cukup mendapat perhatian buyer internasional, termasuk Malaysia. Tahun ini pavilion Indonesia meraih potensial transaksi lebih dari $3,5 juta. Jumlah tersebut berasal dari buyer Malaysia, Kanada, Singapura, Dubai dan Jepang.

Ada pula permintaan lain yang datang dari ​pembeli ​Rusia, Saudi Arabia, Filipina dan Myanmar. Kebanyakan produk yang menarik permintaan cukup besar antara lain ikan tuna segar dan kaleng, biskuit, bumbu masak pasta, gula kelapa, rendang, produk kosmetik serta perawatan badan.

Suksesnya produk Indonesia ini merupakan hasil kerjasama yang baik antara pemerintah pusat, daerah dan perwakilan Indonesia di luar negeri. ​Karena adanya ​dukungan dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perindustrian, Pemerintah Kota Bandung, Pemerintah Provinsi Riau dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur.

Adapun keterlibatan Indonesia dalam MIHAS 2015 bertujuan untuk meningkatkan ekspor produk halal Indonesia ke Malaysia. Disamping itu, sebagai upaya penetrasi pasar halal dunia yang semakin berkembang. Diharapkan hal tersebut bisa ikut meningkatkan eskpor Indonesia ke dunia.

Menurut data tahun 2014, ekspor produk makanan olahan dan kosmetik Indonesia ke Malaysia mengalami kenaikan sebesar 1,58%. Naik dari $918,10 juta menjadi $932,63 juta. Nilai ekspor itu baru sekitar 10,43% dari seluruh nilai ekspor Indonesia ke Malaysia yang berjumlah $8,9 milyar. Sehingga peluang pun masih cukup besar untuk meningkatannya.

Pasar produk halal dunia pun diperkirakan mengalami peningkatan seiring naiknya jumlah populasi muslim dunia. Menurut Global State of Islamic Economic, permintaan produk halal dunia akan mengalami pertumbuhan sebesar 9,5% dalam waktu 6 tahun ke depan. Permintaan ini dapat meningkat dari $2 triliun pada 2013 menjadi $3,7 triliun tahun 2019. Fakta tersebut menjadikan pasar halal berpotensi dibuat lebih besar oleh pelaku industri barang dan jasa.

Hampir 600 booth hadir di Malaysia International Halal Showcase (MIHAS) 2015. Selain Malaysia, Indonesia menjadi negara yang membawa perusahaan terbanyak dalam mengisi pameran halal ini. Ada 232 perusahaan dari 20 negara terlibat dalam MIHAS 2015. Sebanyak 41 perusahaan berasal dari Indonesia. Jumlah ini paling banyak diantara perusahaan internasional yang berpartisipasi.

Beragam produk Indonesia dipamerkan di MIHAS. Makanan, kosmetik, bumbu masakan hingga suplemen dapat ditemukan di pavillion Indonesia. Baik perusahaan besar maupun​ Usaha Kecil Menengah​ ditempatkan dalam satu area yang sama. ​Pengunjung pameran​ tak perlu sulit mencari produk asal Indonesia.

Seperti produk Nutrifood, Bamboe Indonesia, Pondan, Tahu Petis Yudhistira hingga Rendang Cap Tungku. Adapun produk makanan yang dijual antara lain rendang, kopi, kue kering, pempek, mochi, keju, kacang, abon, dan keripik. Terlihat banyak pengunjung pameran yang tertarik dengan makanan Indonesia. Pengunjung silih berganti datang ke pavillion Indonesia untuk mencicipi pempek, rendang kering, keripik singkong dan lainnya.

Perusahaan Indonesia yang hadir didukung oleh Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepulauan Riau, serta Dinas Perindustrian dan Kooperasi Kota Bandung.

Serangkaian konferensi berlangsung pada World Halal Summit (WHS) di Malaysia. Tema ekonomi Islam global juga diangkat dalam kegiatan ini. Termasuk informasi mengenai perkembangan sektor ekonomi halal. Sesi diskusi (Unified Session) pertama dalam WHS mengangkat topik“The State of The Global Islamic Economy.” Pada diskusi ini tiga delegasi dari Amerika Serikat, Malaysia dan Dubai mengulas pertumbuhan ekonomi Islam.

Rafi-uddin Shikoh selaku Founder & CEO Dinar Standard Amerika Serikat memberi presentasi ringkasan data ekonomi Islam global tahun 2014/15. Data didapat dari analisis Thomson Reuters dan Dinar Standard. Menurut Rafi-uddin, banyak terjadi perkembangan halal dalam berbagai bidang. Ini dikarenakan adanya pengaruh nilai Islam dalam gaya hidup konsumen dan praktik bisnis. Termasuk bidang pangan, keuangan, pakaian, travel, media, farmasi dan kosmetik.

Dari data ekonomi Islam global tahun 2013, total pengeluaran sektor pangan dan gaya hidup mencapai $2 triliun dan aset keuangan Islam besar $1,66 triliun. Adapun pasar muslim saat ini mencapai $2,001 milyar (12% dari total pasar global). Potensi pasar muslim tahun 2019 diperkirakan mengalami rasio peningkatan 10,8% yaitu sebesar $3,735 milyar.

Rafi-uddin juga membahas kesempatan untuk pengembangan industri halal dari masing-masing sektor. Di bidang travel misalnya, muslim mengeluarkan $140 milyar atau sebesar 11,6% dari total pasar global untuk outbond travel diluar haji dan umrah.

Dengan rasio pertumbuhan 9%, diperkirakan potensi tersebut bisa mencapai $238 milyar 4 tahun kedepan. Pengembangan bidang pariwisata ini dapat melalui penyediaan makanan halal di luar negara OIC(Organisation of Islamic Cooperation), turisme medis, wisata bisnis dan lainnya. Hal yang sama berlaku pada bidang lain yang melihat kesempatan pengembangan potensi ekonomi Islam baik dari segi industri, keuangan Islam dan kebijakan.


No comments:

Post a Comment