BUMN pencetak uang, Perum Peruri, bakal memproduksi 1,7 miliar keping uang logam berbagai pecahan tahun ini. Jumlah produksi ini turun 10% dibandingkan tahun lalu, yang mencapai 1,9 miliar keping. Uang logam ini diproduksi Peruri pada pabriknya di Parung Mulya, Karawang, Jawa Barat. Pada pabrik seluas 202 hektar ini, uang yang menjadi alat tukar masyarakat dibuat. Baik uang kertas maupun uang logam.
"Tahun ini dibuat 1,7 miliar keping, tahun lalu 1,9 miliar keping. Kenapa turun, itu Bank Indonesia (BI) yang punya kewenangan," tutur Kepala Departemen Produksi Uang Logam Peruri, H. Purwanto, saat ditemui di lokasi, Senin (6/4/2015). Purwanto mengatakan, dari total 1,7 miliar keping uang logam yang dibuat Peruri tahun ini, 800 juta keping berupa pecahan Rp 1.000, kemudian 450 juta keping pecahan Rp 500, lalu 300 juta keping pecahan Rp 200, dan sisanya untuk pecahan Rp 100.
Proses pembuatannya dimulai dari pembuatan desain. BI akan memberikan tema gambar relief dalam uang logam yang nantinya ditindaklanjuti Peruri menjadi sebuah desain awal. Para ahli desain yang kebanyakan adalah lulusan seni rupa bertugas membuatnya. Bila disetujui oleh BI, baru lah dibuat cetakan uang tersebut. "Setelah desain, baru lah dibuat patris induk dan matris induk, atau acuan cetak," kata purwanto.
Bahan baku berupa logam disediakan oleh pihak BI, sehingga jumlah dan nominal uang yang dicetak tak bisa ditambah atau dikurangi. Setelah bahan baku diberikan, barulah proses percetakan menggunakan mesin dilakukan. Ada 25 mesin cetak uang logam yang beroperasi.
Setelah selesai dicetak, proses selanjutnya adalah inspeksi, atau pemeriksaan produk sebelum dikirim ke BI. Jika ditemukan ada uang logam yang tidak sesuai standar produksi, uang tersebut akan ditandai dan dipisahkan dengan uang yang kualitasnya baik. Keduanya pun bakal dikirim ke BI.
"Kerusakannya seperti ada reliefnya yang tidak penuh. Baru setelah inspeksi dilakukan pembungkusan dan pengiriman," katanya. Pabrik percetakan uang Perum Peruri di Karawang Jawa Barat tak bisa dimasuki sembarang orang. Pabrik ini dijaga ketat aparat. Bahkan standar kedisiplinan pegawai di pabrik ini pun tinggi. Saat berkesempatan melihat-lihat pabrik seluas 202 hektar di wilayah Karawang, Jawa Barat ini. Ya, karena pabrik ini termasuk objek vital negara, maka penjagaan sangat ketat oleh aparat kepolisian yang dipersenjatai.
Saking ketatnya, di setiap divisi atau gedung percetakan, ada petugas keamanan yang berjaga. Petugas ini yang siap menginterogasi keperluan pengunjung yang datang. Bila tak berkepentingan, jangan harap bisa masuk. Etos kerja di pabrik ini pun menerapkan disiplin yang tinggi. Tak seorang pegawai diperbolehkan membawa ponsel ke tempat kerja, semua harus ditaruh di loker. Tak hanya ponsel, uang yang mereka miliki pun tak boleh dibawa saat kerja, sekalipun nominalnya kecil dan sudah lusuh serta lecek.
Bila ketahuan membawa uang saat penggeledahan di pintu keluar dari ruang cetak uang, meski itu adalah uangnya sendiri, akan ada sanksi administrasi dan hukuman pidana yang menunggu. "Sanksinya potong 6 bulan gaji, dan dibawa ke polisi juga," kata salah seorang pekerja yang enggan disebutkan namanya, di lokasi, Senin (6/4/2015).
Standard operating procedure (SOP) penggeledahan ini tak hanya berlaku bagi pekerja, pengunjung, jajaran direksi, hingga pejabat pemerintahan tak bisa lolos dari penggeledahan ini. Perum Peruri merupakan satu-satunya perusahaan di Indonesia yang punya kewenangan mencetak uang rupiah, baik kertas maupun logam. Pabrik pencetak uang Peruri memiliki pengamanan ketat. Pabrik yang berdiri di atas lahan seluas 202 hektar ini dijaga ketat oleh aparat keamanan. Tak sembarang orang bisa masuk, apalagi yang tak punya kepentingan. Beberapa dari mereka ada yang membawa senjata lengkap.
Area pabrik dibagi menjadi beberapa gedung percetakan, yaitu percetakan uang kertas, uang logam, kertas non tunai, hingga logam non tunai. Ketatnya penjagaan pun terdapat di masing-masing gedung tersebut. Contohnya di gedung percetakan uang kertas. Di depan gedung, petugas keamanan datang menyambut. Sebelum masuk, barang-barang bawaan harus disimpan di loker yang sudah disediakan.
Pengunjung pun tak diperkenankan membawa telepon genggam atau ponsel, dan barang-barang lain. Tak hanya itu, sebelum masuk melihat bagaimana proses produksi uang tersebut, uang milik pengunjung yang dibawa harus ditaruh di dalam loker. Pengunjung hanya membawa 'badan' saja
"SOP-nya (standard operating procedure) begitu," ujar salah seorang staf Peruri, Senin (6/4/2015) Karyawan di divisi percetakan uang kertas yang jumlahnya mencapai lebih dari 1.000 ini tampak serius melakukan pekerjaannya. Ada yang bertugas mengoperasikan mesin, memeriksa hasil uang, menghitung, dan sebagainya. Salah sedikit, uang itu pun menjadi tak berharga.
Setelah selesai melakukan kunjungan, satu persatu pengunjung dipersilakan masuk ke dalam ruang penggeledahan. Pria dan wanita dipisahkan dalam sebuah ruangan penggeledahan tertutup, yang di dalamnya sudah ada petugas keamanan. Petugas keamanan itu akan menggeledah seluruh bagian tubuh hingga menyuruh kita untuk membuka sepatu. Di ruangan itu pun terdapat CCTV yang menurut informasi selalu diaudit setiap 3 bulan sekali.
Tak hanya gedung percetakan, di areal pabrik yang mempekerjakan 2.600 pegawai ini juga masih ada beberapa areal yang kosong yang ditumbuhi pepohonan rindang, aliran kali kecil, hingga hamparan rumput hijau.
No comments:
Post a Comment