Vice President Mandiri Area Manado Hotman Nainggolan memperkirakan pelemahan ekonomi makro hingga tahun 2016 nanti, sehingga perlu prinsip kehati-hatian dalam dunia bisnis perbankan. "Saya perkirakan pelemahan ekonomi makro akan berlangsung hingga tahun 2016 nanti," kata Hotman, di Manado Selasa (2/6/2015).
Hotman mengatakan perlambatan ekonomi ini memang memberi dampak pada bisnis perbankan maupun sektor lainnya, namun dari sisi Bank Mandiri terus melakukan ekspansi namun terbatas. "Kita juga dalam bisnis perbankan ingin mendapatkan keuntungan, sehingga harus penuh kehati-hatian dalam menyalurkan kredit ke masyarakat, jangan sampai menimbulkan kredit macet," jelasnya.
Bank Mandiri tetap melakukan ekspansi kredit ke masyarakat meskipun kondisi ekonomi makro di Indonesia maupun luar negeri masih belum stabil. Hotman mengatakan Bank Mandiri sampai saat ini terus menyalurkan kredit khususnya untuk tujuan produktif. Memang, katanya, jika dilihat dari angka pertumbuhan memang sedikit melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, namun tetap menyalurkan.
Oleh karena itu, katanya, Bank Mandiri saat ini fokus kepada penghimpunan dana murah dari masyarakat untuk mengimbangi dari sisi kredit yang tumbuh melambat. "Kami akan melakukan jemput bola, karena masih sebagian besar masyarakat di Sulut dan sekitarnya, belum dijamah oleh dunia perbankan," jelasnya.
Dia mengatakan masih banyak dana masyarakat yang mengendap di desa-desa, sehingga masyarakat perlu diedukasi agar menabung di bank sebab lebih aman dan dijamin pemerintah. Serta, katanya, Bank Mandiri terus berupaya memperbaiki kualitas dengan berusaha menurunkan tingkat kredit macet atau non performing loan
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin menilai laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terkendala oleh pembangunan sektor infrastruktur yang belum memadai. "Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia, perlu melakukan percepatan pembangunan di bidang infrastruktur seperti pembangkit listrik, pelabuhan, dan bandar udara," kata Budi Gunadi Sadikin pada acara Institute of International Finance (IIF) Asia Summit di Jakarta, Kamis (7/5/2015).
Menurut dia, untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, dibutuhkan sekitar 80 miliar dolar AS setiap tahun untuk membangun imfrastruktur. Tantangan lainnya, lanjut dia, yakni akses masyarakat terhadap keuangan, di Indonesia masih cukup banyak orang yang belum memiliki kemudahan untuk mendapatkan pendanaan dalam rangka menjalankan kegiatan usaha.
Padahal, lanjut dia, akses pendanaan yang merata merupakan elemen penting dalam mendorong perekonomian suatu negara. Sangat disayangkan, masyarakat di Indonesia lebih mudah mendapatkan rokok dibandingkan akses keuangan. Melalui IIF Asia Summit ini, Budi Gunadi Sadikin mengharapkan bahwa Indonesia dapat lebih dikenal oleh masyarakat dunia, dengan begitu investor global tidak ragu untuk menanamkan dananya di dalam negeri.
"Organisasi ini semi informal tapi diikuti oleh seluruh CEO bank di dunia dan regulator di bidang keuangan. Dengan adanya aktifitas IIF di Indoensia, kita bisa angkat Indonesia ke global 'platform'. Kan kita butuh uang untuk bangun infrastruktur dan lain-lain, dengan menggunakan jalur ini mudah-mudahan uang yang masuk ke Indoensia lebih banyak," ujarnya.
Melalui IIF Asia Summit ini, lanjut dia, Indonesia akan menjadi mengetahui lebih jelas mengenai perkembangan perekonomian di dunia beserta tantangan-tantangan yang akan dihadapi. Ia menambahkan bahwa melalui agenda ini juga akan membahas mengenai peran pengusaha kecil, menengah dalam menggerakan perekonomian negara. "Jadi forum ini penting untuk membangun diskusi dan mencari penyelesaian bersama atas masalah perekonomian di kawasan yang sedang dihadapi," ujarnya
No comments:
Post a Comment