"Inflasi tertinggi terjadi di Palu sebesar 2,24 persen, dan terendah di Singkawang 0,03 persen," ujar Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Senin (1/6). Untuk komponen inti, BPS merilis laju inflasi inti pada bulan lalu sebesar 0,23 persen atau 1,73 persen selama Januari-Mei 2015. Apabila dibandingkan dengan inflasi inti Mei 2014, laju inflasi Mei 2015 sebesar 5,04 persen.
Menurut Suryamin, seluruh indeks kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga sehingga turut menyumbang inflasi Mei. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,39 persen; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,5 persen. "Kalau beras masih deflasi. Tapi kan ada daging ayam ras, telur itu memberikan pengaruh," katanya.
Sementara untuk kelompok sandang mengalami inflasi 0,23 persen, diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,2 persen. Adapun kelompok kesehatan tercatat inflasi 0,34 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,06 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,2 persen. Mandiri Sekuritas memperkirakan laju inflasi pada Mei 2015 akan menyentuh kisaran 0,35 persen jika dibandingkan dengan realisasi bulan sebelumnya. Apabila terbukti, maka inflasi tahunan pada bulan lalu mencapai 7 persen, meningkat dibandingkan dengan inflasi year on year April 2015 yang sebesar 6,8 persen.
Aldian Taloputra, Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas, menjelaskan meskipun harga beras terus menurun, tetap tidak cukup untuk mengimbangi kenaikan harga bahan makanan lainnya terutama daging ayam dan cabai. Selain itu, kenaikan tarif listrik pada bulan sebelumnya juga dinilai turut menyumbang inflasi Mei. "Tekanan inflasi juga berasal dari 2,8 persen kenaikan tarif listrik April 2015, yang dampaknya akan terlihat pada bulan Mei 2015," ujar Aldian dalam risetnya seperti dikutip.
Sementara dari sisi permintaan, Aldian melihat harga-harga barang yang masuk dalam komponen inflasi inti akan tetap jinak. Menurutnya, inflasi inti yang bergerak di kisaran 5 persen sepanjang kuartal I 2015 kemungkinan akan bertahan pada kisaran yang sama selama Mei. Dari sisi nilai tukar, lanjut Aldian, depresiasi rupiah sebesar 1,2 persen selama Mei tidak banyak berdampak positif terhadap pergerakan inflasi inti. Demikian halnya dengan kenaikan harga emas yang sebesar 0,13 persen sepanjang bulan lalu.
"Hal ini karena perusahaan mungkin cenderung menekan marjin, dari pada menaikkan harga barang-barang mereka di tengah kondisi ekonomi yang melemah," tuturnya. Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi lonjakan harga kebutuhan pokok akan terjadi menjelang puasa dan lebaran yang mulai masuk pada bulan ini. Untuk menstabilkan harga, Kepala BPS Suryamin menilai operasi pasar menjadi opsi terakhir yang bisa dilakukan pemerintah jika gagal menjaga kelancaran distribusi logistik.
"Perlu lebih ditekankan terhadap pengaturan dan alur distribusinya supaya lancar dan barang tetap ada di pasar, kalau tidak ada pengaturan ya silakan operasi pasar," ujar Suryamin di kantornya, Senin (1/6). Operasi pasar, kata Suryamin, sebaiknya hanya untuk bahan pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat selama Ramadan, antara lain beras dan minyak goreng.
"Operasi pasar biasanya beras minyak goreng dan sebagainya, yang kebutuhan pokok aja. Beras yang punya bobot hampir 4 persen," katanya. BPS melaporkan seluruh indeks kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga dan memicu terjadinya inflasi sebesar 0,5 persen pada Mei 2015. Kelompok bahan makanan tercatat menjadi penyumbang terbesar inflasi bulan lalu, di mana rata-rata mengalami kenaikan harga sebesar 1,39 persen.
Suryamin menjelaskan kenaikan harga bahan pangan tertinggi terjadi pada komoditas cabai merah, yakni sebesar 22,2 persen dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,1 persen. Kenaikan terjadi di 69 kota, di mana yang tertinggi terjadi di Medan sebesar 95 persen dan Aceh 94 persen. "Pasokan cabai dari sentra produski sudah berkurang, ini yang menyebabkan cabai merah langka di sejumlah daerah. Tentunya ini saat yang bagus untuk menanam cabe terlebih sekarang jarang hujan." kata Suryamin.
Selain cabai merah BPS juga mencatat kenaikan beberapa harga bahan makanan pokok, antara lain daging ayam ras 5,09 persen, telur ayam ras 6,13 persen, bawang merah naik 6,19 persen, dan ikan segar 0,58 persen. Sementara harga beras tercatat turun sebesar 0,88 persen.
Suryamin menambahkan pemerintah harus bisa mengontrol harga-harga barang tidak hanya di kota besar, tetapi juga di seluruh wilayah Indonesia. "Beras masih deflasi, kalau bisa dijaga deflasi lebih bagus lagi," tuturnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Mei 2015 sebesar 0,5 persen. Kepala BPS Suryamin menuturkan ada sejumlah kelompok bahan makanan yang menjadi penyebab inflasi paling tinggi. Pertama, cabai merah yang mengalami kenaikan harga 22,22 persen disebabkan pasokan dari sentra berkurang. Kenaikan harga cabai merah terjadi di 69 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), tertinggi di Medan (naik 96 persen) dan Aceh (94 persen).
Kedua, ayam ras yang mengalami kenaikan harga 5,09 persen. Suryamin mengatakan, terjadi kenaikan harga di 70 kota IHK, tertinggi di Tanjung Pandan (25 persen) dan Jambi (18 persen). “Ini disebabkan terbatasnya stok daging ayam ras,” kata Suryamin dalam paparan, Senin (1/6/2015).
Ketiga, inflasi Mei disebabkan kenaikan harga telur ayam ras yang naik 6,13 persen. Kenaikan harga telur ayam ras terjadi disebabkan permintaan menjelang bulan suci Ramadhan. Harga telur ayam ras mengalami kenaikan di 76 kota IHK, tertinggi di Batam, Bandar Lampung dan Mamuju (13 persen) serta di Kediri, Meulaboh, Banda Aceh, dan Bogor (11 persen).
Penyebab inflasi keempat yakni kenaikan harga bawang merah yang naik 6,19 persen. Kurangnya pasokan bawang merah menyebabkan kenaikan harga di 67 kota IHK. Kenaikan tertinggi terjadi di Kupang (61 persen) dan di Sumenep (32 persen).
Selanjutnya, penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan rumah tangga dengan daya 3500 VA dan ke atas, juga menjadi penyebab inflasi Mei 2015. Tarif listrik naik 0,62 persen dan terjadi di 80 kota IHK. Kenaikan tertinggi terjadi di kota Pontianak (1,48 persen). “Dua kota lain yang dikelola Pemda, yakni Tarakan dan Batam, tidak mengalami kenaikan,” imbuh Suryamin.
Suryamin menambahkan, penyebab inflasi Mei berikutnya yakni ikan segar yang mengalami kenaikan harga 0,58 persen. Kurangnya pasokan dari nelayan karena pengaruh cuaca menyebabkan kenaikan harga ikan kembung (1,28 persen) dan ikan bandeng (1,73 persen). Penyebab lain yakni bawang putih yang naik 8,81 persen. Suryamin mengatakan, kenaikan harga bawang putih disebabkan menipisnya stok di pasaran. Terjadi kenaikan harga di 79 kota IHK, tertinggi di Manado (25 persen) dan di Tarakan (20 persen).
“Sementara yang menyebabkan deflasi adalah beras, yang harganya turun 0,88 persen. Beras ini karena bobotnya 3,77 persen, maka pengaruhnya atau andilnya terhadap inflasi minus 0,04 persen,” tukas Suryamin.
No comments:
Post a Comment