Produsen lembaran plastik bahan bangunan, PT Impack Pratama Industri Tbk (Impack), menargetkan perolehan laba bersih sebesar Rp 322,43 miliar pada 2015, tumbuh 11,3 persen dari pencapaian tahun lalu Rp 289,71 miliar. Pertumbuhan laba tersebut lebih rendah dari realisasi pertumbuhan 2014 yang tercatat naik 56,1 persen dari Rp 185,67 miliar pada 2013.
Ramalan manajemen Impack tersebut mempertimbangkan potensi kenaikan penjualan neto yang diprediksi mencapai Rp 1,52 triliun atau naik 7,5 persen dari tahun lalu Rp 1,41 triliun. Lindawati, Direktur Keuangan Impack, menjelaskan perlambatan laba tahun ini disebabkan oleh kondisi perekonomian yang tengah lesu serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
“Kondisi makro perekonomian sudah pasti mempengaruhi (melambatnya target laba perseroan). Depresiasi rupiah itu juga sudah pasti sangat mengganggu kita punya capaian hasil nantinya,” kata Lindawati ketika ditemui usai menghadiri paparan publik perseroan di Jakarta, Jumat (5/6).
Menurut Lindawati, sekitar 80 persen dari bahan baku produk plastik lembaran seperti lembaran atap Polycarbonate & Polyvinyl masih harus diimpor dari luar negeri. Karenanya, perseroan akan menggenjot ekspor guna menekan selisih biaya impor yang cukup tinggi. “Kita akan meningkatkan ekspor kita supaya kita bisa membayar bahan baku yang masih diimpor menjadi sekitar US$ 8 juta dari tahun lalu US$ 3 juta,” tutur Lindawati.
Pada awal tahun ini, Impack telah mengekspor produk lembaran atap Polycarbonate ke Australia dan Selandia Baru senilai US$ 5 juta. Sebelumnya, pada pada November 2014 Impack telah mengakuisisi bisnis produsen polycarbonate rofing sheet bermerek Laserlite, Bayer Material Science, yang berkedudukan di Australia.
Selain meningkatkan ekspor, Direktur Pemasaran Impack Janto Salim menyebutkan beberapa strategi lain untuk memastikan Perseroan dapat mencapai target tahun ini. Antara lain dengan membangun citra merek perusahaan yang kuat, memperkuat jaringan pemasaran di dalam dan luar negeri, melakukan diversifikasi produk, mengembangkan research and development, dan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia.
“Percuma kalau kita planning-nya bagus-bagus tapi sumber daya manusianya nggak memadai. Kita harus tetap memiliki sumber daya manusia yang bagus,” tutur Janto.
No comments:
Post a Comment