Ekonom Rizal Ramli menyebut bahwa merosotnya pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan disebabkan oleh faktor-faktor internasional, seperti yang digemborkan pemerintah belakangan ini. Rizal menuturkan, pertumbuhan ekonomi akhir-akhir ini memang terus menurun tiap tahunnya. "Year-to-year sekitar 4,7 persen. Kita suka menyalahkan faktor-faktor internasional, padahal ini sudah dimasukkan, didiskon oleh para pelaku pasar," ujar dia.
Hal itu disampaikan Rizal ketika memenuhi undangan makan siang sang Kepala Negara di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (4/6), bersama anggota Paguyuban Punakawan.
Tak lupa Rizal menjelaskan kepada Presiden bahwa India bisa mengalami pertumbuhan ekonomi 7,3 persen per tahunnya. Sementara di Asia Tenggara, Filipina yang tadinya kurang dianggap memiliki pertumbuhan ekonomi yang signifikan, sekarang malah menjadi kesayangan para investor asing.
"Filipina tadinya tidak dianggap di Asia Tenggara, sekarang jadi 'the darling' daripada investor. (Ekonominya) bisa tumbuh 7,2 persen," kata dia. Oleh sebab itu, Rizal menyimpulkan, Indonesia pun seharusnya mampu membalikkan keadaan ini dengan tidak terpaku dengan tumbuh rendah.
"Karena sebetulnya sudah terasa di Pasar Tanah Abang penjualan itu sudah drop 50 sampai 60 persen. Itu contoh bahwa di daerah-daerah juga masalah. Jadi suasana ini tidak bisa kita diamkan, harus kita balik," ujar dia menegaskan. Rizal menuturkan, Presiden Jokowi tadi memaparkan rencana yang akan ia lakukan untuk membalikkan keadaan ekonomi ini. "Kita tidak stuck ke situasi yang makin lama makin merosot," kata dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,71 persen pada kuartal I 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year). Artinya perekonomian nasional melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,14 persen secara tahunan.
No comments:
Post a Comment