Perum Bulog, yang dibentuk pada 1967, mengakui bahwa penyerapan beras nasional, yang menjadi kewajiban perusahaan saat ini, sangat rendah. Setiap tahun Bulog hanya mengambil beras rata-rata 5,75 persen dari total produksi nasional. "Bahkan penyerapan terendah terjadi pada tahun 1998, yang hanya 0,8 persen," ujar Direktur Pelayanan Publik Bulog Lely Pelitasari dalam diskusi 'Pangan Kita' di Jakarta, Senin 1 Juni 2015.
Sebanyak 94,25 persen stok beras dikuasai oleh pengusaha beras swasta. Itu pun setelah mendapat kucuran dana Penanaman Modal Negara APBN-P 2015 sebesar Rp 3 triliun. Tahun ini Bulog hanya menargetkan penyerapan beras sebanyak 2,75 juta ton. Padahal, produksi beras nasional tahun ini diperkirakan mencapai 45 juta ton. Namun, Lely mengklaim capaian ini sejalan dengan kewajiban Bulog yang membeli kelebihan beras dari petani.
Tapi, salah satu peran Bulog adalah stabilisator harga. Peran ini diperkuat dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015. Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menuding langkah Bulog selama inilah yang menjadi celah para mafia untuk memainkan harga beras di pasaran. Ini ditunjukkan Enny dengan tingginya disparitas harga gabah, yang saat ini seharga Rp 3.200 per kilogram, dengan harga beras, yang Rp 7.500 per kilogram.
Fungsi stabilisator harga, kata Enny, seharusnya ditunjukkan Bulog dengan menguasai paling tidak 10 persen stok beras nasional. Angka penguasaan ini dipercaya membuat pengusaha beras swasta berpikir dua kali jika ingin menaikkan harga. Namun, penguasaan lagi-lagi terantuk pada dana. Selama ini untuk pembelian beras Bulog mengajukan kredit komersial kepada bank yang dibayar ketika penjualan selesai. Mekanisme pembiayaan inilah, menurut Enny, yang membuat Bulog sulit memulai ekspansi ke petani.
Namun, Lely membela perusahaannya sudah mengambil siasat ekspansi dengan memperbanyak jalur pasokan. Selain bermitra dengan 134 Unit Penggilingan Gabah dan Beras, Bulog juga menjalin relasi dengan Koperasi Unit Desa dan Gabungan Kelompok Tani di daerah-daerah.
Bulog juga mengklaim tidak pernah kesulitan dana ketika menyerap beras lokal. Selama ini, perusahaan menerapkan sistem one day service untuk menjamin ketersediaan pasokan beras. "Jadi ketika pemasok menjual beras ke Bulog pada pagi hari, pada sore sudah kami bayar," ujar Lely.
No comments:
Post a Comment