Pengelola pusat perbelanjaan (mal) mengklaim angka pengunjung dan penjulan selama bulan puasa hingga jelang lebaran terbilang sepi jika dibanding dengan musim puasa tahun lalu. Biasanya, 2 minggu sebelum lebaran selalu ramai dipadati pengunjung sepanjang hari. Kini pengunjung hanya memadati pusat perbelanjaan saat akhir pekan.
"Ada penurunan, penurunan cukup lumayan dari tahun lalu. Persentase saya belum tahu. Biasanya minggu ke dua sudah penuh banget sekarang nggak penuh kecuali weekend," kata Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan.
Untuk mendorong penjualan, pengelola pusat perbelanjaan membuat penawaran khusus seperti diskon hingga tambahan hiburan. Namun, tetap saja angka penjualan tidak semenarik tahun lalu. "Saya juga lihat pembelian produk fashion nggak sehebat tahun lalu. Walaupun bila dibandingkan bulan kemarin ada yang meningkat. Mungkin karena efek ekonomi Indonesia yang lesu sejak awal tahun ini," ujarnya.
Stefanus menjelaskan mendekati lebaran, secara tren jumlah pengunjung pusat perbelanjaan akan menurun karena sudah memasuki arus mudik. "Penjualan dan pengunjung akan turun saat warga ibukota pulang kampung merayakan lebaran," ujarnya. Dengan wacana pembatasan pengembangan mal baru, Stevanus menilai hal tersebut membuat bisnis pusat perbelanjaan semakin kurang bergairah. Padahal pusat perbalanjaan baru bisa menjadi sumber penyerap tenaga kerja, produk industri lokal hingga menghidupi para kontraktor dan buruh bangunan di saat ekonomi sedang lesu.
"Jangan ligat Grand Indonesia, Pacific Place tapi lihat di Cinere, PGC. Lihat yang kelas menengah bawah. Seperti Thamrin City pengrajin batik seluruh Indonesia ada disitu kalau distop, UMKM bisa lari ke jalan," jelasnya. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganggap pembangunan mal perlu dievaluasi karena sudah berlebihan. Bagaimana pengelola mal menanggapi himbauan Jokowi tersebut?
"Apa nggak salah? Sekarang pusat belanja banyak menampung tenaga kerja," kata Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan. Di saat ekonomi lesu, Pusat Perbelanjaan bisa menjadi salah satu penampung dan penyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Satu pusat perbelanjaan saja, setidakya bisa menyerap 6.000 tenaga kerja.
Selain mampu menjadi penampung tenaga kerja, pusat perbelanjaan bisa sebagai wadah menampung poroduk-produk lokal. "Industri dalam negeri seperti produk fashion hingga food and beverage lokal mau dijual ke mana? Nggakbisa semua dijual di pasar rakyat," ujarnya.
Sebelumnya, di acara Presiden Jokowi menjawab tantangan ekonomi yang diselenggarakan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Jokowi mengatakan, saat ini pertumbuhan ekonomi dengan geliat kredit konsumsi sudah tak seimbang. Ia menggarisbawahi soal kredit konsumsi kendaraan bermotor dan pembangunan untuk konsumtif seperti mal yang berlebihan.
"Misalnya kredit bank tumbuh 20% tapi pertumbuhan ekonomi tumbuh 5-6%. Kredit konsumsi, seperti untuk motor, mobil menurut saya sudah berlebihan. Spekulasi properti membangun pusat perbelanjaan, mal, dan rumah mewah, kita harus mulai hati-hati, sekali lagi hati-hati," katanya
No comments:
Post a Comment