Wednesday, July 8, 2015

Pakai Daging Sapi India Sosis Impor Asal Malaysia Dengan Harga 50% Lebih Murah Serbu Pasar Indonesia

Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia (NAMPA) mengaku sedang gelisah akibat lonjakan impor produk yang berasal dari luar negeri. Pasalnya, dengan harga produk impor yang relatif lebih murah, perusahaan olahan daging lokal bisa mengalami kekalahan daya saing. Seperti diutarakan oleh Ketua NAMPA Ishana Mahisa produk olahan daging yang kini sedang mengincar Indonesia adalah produk sosis. Ia mengatakan, selama ini telah terjadi kenaikan impor sosis sebanyak 18 kali lipat dari 2012 dengan nilai US$ 305,6 ribu menjadi US$ 5,55 juta pada akhir 2014.

"Dari angka tersebut, kebanyakan impor sosis berasal dari Malaysia. Ancamannya adalah produk sosis dari Malaysia ini harganya lebih murah, bisa seharga Rp 29 ribu per kilogram sedangkan dengan kualitas yang sama, sosis dalam negeri sendiri bisa seharga Rp 60 ribu per kilogram," jelasnya di Kementerian Perindustrian, Rabu (8/7).

Pria yang akrab disapa Ishan ini menambahkan, melonjaknya ekspor tersebut kemungkinan disebabkan oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor 84 tahun 2013 yang memperbolehkan impor produk olahan dengan menggunakan bahan baku yang tidak boleh dipakai industri dalam negeri.

Dalam melakukan produksinya, Ishan mengatakan bahwa sosis asal Malaysia menggunakan daging sapi asal India. Ia mengatakan bahwa daging sapi India tersebut tidak boleh digunakan sebagai bahan baku produksi dalam negeri karena hewan ternak asal negara itu belum terbebas dari penyakit mulut dan kuku. Sehingga industri pengolahan daging Indonesia kini menggunakan daging asal Australia sebagai bahan baku utama yang lebih mahal harganya.

Ishan mengatakan bahwa harga daging asal India jauh lebih murah, dibanderol seharga US$ 2,5 per kilogram sedangkan daging Australia dihargai US$ 5,5 hingga US$ 6 per kilogram. Dengan kondisi seperti ini, tak heran apabila harga sosis Malaysia jauh lebih murah dibandingkan harga sosis dalam negeri.

Membanjirnya produk daging olahan berbentuk sosis asal Malaysia selama tiga tahun terakhir menurut Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia (NAMPA) terjadi karena harga sosis impor lebih murah dibandingkan produksi lokal.  Perbedaan harga terjadi karena para produsen sosis dari Malaysia menggunakan bahan baku daging sapi India yang lebih murah dibandingkan harga daging sapi Australia yang digunakan pengusaha dalam negeri.

"Untuk meningkatkan daya saing, kami juga ingin diperbolehkan memakai bahan baku asal India yang harganya jauh lebih murah. Atau kami juga ingin agar produk olahan yang masuk hanya produk yang menggunakan bahan baku sama seperti yang kami gunakan, yaitu menggunakan daging asal Australia," tegas Ketua NAMPA Ishana Mahisa di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (8/7).

Ishan mencatat bahwa harga bahan baku daging asal India jauh lebih murah yaitu US$ 2,5 per kilogram sedangkan daging Australia dihargai US$ 5,5 hingga US$ 6 per kilogram. Dengan kondisi seperti ini, tak heran apabila harga sosis Malaysia jauh lebih murah dibandingkan harga sosis dalam negeri.

Keinginan untuk menggunakan daging sapi India sebagai bahan baku sosis terbentur Peraturan Menteri Pertanian Nomor 84 tahun 2013 tentang Pemasukan Karkas, Daging, Jeroan, dan/atau Olahannya ke Indonesia. Aturan tersebut menurutnya masih memperbolehkan impor produk olahan dengan menggunakan bahan baku yang tidak boleh dipakai industri dalam negeri. Selama ini daging sapi India tidak boleh digunakan sebagai bahan baku produksi dalam negeri karena belum terbebas dari penyakit mulut dan kuku.

Lebih lanjut, Ishan memprediksi bahwa arus sosis impor asal Malaysia akan semakin meningkat ketika kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN diberlakukan. Kendati merasa panik, namun Ishan mengatakan bahwa sejauh ini belum ada penurunan produksi industri lokal maupun perusahaan yang tutup akibat melonjaknya arus produk olahan daging impor ini.

"Sejauh ini produksi kami memang sedang menanjak dan belum ada dampak langsung dari impor tersebut, tapi saya yakin akan terasa dampaknya ketika MEA nanti. Pemerintah perlu melakukan tindakan proteksi agar impor sosis tak merugikan industri secara lebih lanjut," jelasnya. Menurutnya, saat ini kapasitas produksi industri pengolahan daging dalam negeri mencapai 291 ribu ton per tahun, dimana angka tersebut meningkat 32 persen dari tahun sebelumnya sebesar 220 ribu ton per tahun. Produk olahan daging lokal sendiri dikatakannya masih mampu memenuhi 80 persen dari kebutuhan dalam negeri.

Sedangkan impor golongan sosis yang mencapai US$ 5,55 juta di tahun 2014, sebagian besar disumbang oleh Malaysia dengan nilai US$ 4,76 juta atau sekitar 85,73 persen dari impor sosis secara keseluruhan. Sedangkan untuk produk olahan daging selain sosis, sebanyak 79,2 persen dari nilai impor sebesar US$ 14,24 juta berasal dari Australia.

No comments:

Post a Comment