Bank Indonesia diprediksi masih menahan suku bunga acuan atau BI rate di level 7,5 persen. Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistyaningsih, berpendapat kebijakann tersebut akan terus berlanjut, paling tidak hingga kuartal III 2014. “Kecuali harga bahan bakar minyak naik di tengah-tengah, mungkin ada perubahan,” kata dia , 9 Juni 2014.
Menurut Lana, jika BI menaikkan suku bunga acuan, sekarang, ketika likuiditas perbankan ketat, BI bisa dituding mendorong tinggi biaya dana (cost of fund). “Sekarang sudah banyak bank yang menawarkan simpanan dengan suku bunga tinggi,” ucapnya.
Sementara itu, penurunan BI rate dinilai Lana belum bisa dilakukan, karena impor sedang tinggi-tingginya. “Penurunan BI rate bisa mendorong bertambahnya kredit yang mendorong impor,” kata dia.
Kepala Ekonom dari Bank Central Asia, David Sumual memprediksi, BI rate baru akan berubah pada akhir tahun atau tahun depan. “Probabilotasnya (BI rate) naik,” kata dia. Hal ini lantaran karena masih berlanjutnya tekanan baik dari dalam maupun luar negeri. Tekanan dari dalam terkait tingginya defisit transaksi berjalan, sedangkan tekanan dari luar, terkait peluang Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuannya.
Namun, David belum bisa memprediksi berapa besar kenaikannya. “Tergantung seberapa cepat pemerintah bisa menurunkan defisit transaksi berjalan, jika berhasil, kebutuhan menaikkan BI rate tak terlalu besar,” kata dia. Sejauh ini, kata dia, BI rate masih akan bertahan lantaran inflasi tahunan bakal kembali normal ke kisaran 5 – 6 persen pada Juni – Juli 2014.
No comments:
Post a Comment