Wednesday, October 1, 2014

Kenaikan Harga Gas dan Listrik Sebabkan Inflasi Bulan September 2014

Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengatakan inflasi September 2014 tercatat 0,27 persen. "Inflasi di 0,27 pada September ini terendah ketiga selama enam tahun terakhir," kata dia di gedung BPS, Jakarta, Rabu, 1 Oktober 2014.

Secara tahunan inflasi tercatat sebesar 3,71 persen. Tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 4,04 persen. Untuk komponen inti, pada September 2014 terjadi inflasi sebesar 0,29 persen.

Berdasarkan Indeks Harga Konsumen sepanjang September, inflasi terjadi di 64 kota, sedangkan deflasi terjadi di 18 kota. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 1,29 persen dan inflasi terendah sebesar 0,03 persen di Gorontalo. Adapun deflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 0,89 persen.

Suryamin menjelaskan beberapa komoditas yang mengalami inflasi terjadi pada perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,77 persen dengan andil inflasi 0,19 persen. "Ini merupakan dampak kenaikan listrik dan gas." Sedangkan inflasi pada makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menyumbang inflasi sebesar 0,51 persen dengan andil inflasi 0,09 persen.

Komoditas yang mengalami penurunan indeks sebesar 0,24 persen adalah pada transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Pada sandang tercatat deflasi dengan andil sebesar 0,01 persen. Deflasi pada bahan makanan juga memberikan andil 0,02 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengatakan indeks harga di tingkat gosir pada September 2014 meningkat hingga 0,42 persen dibanding bulan sebelumnya. "Kenaikan terbesar terjadi di sektor pertanian," kata dia di kantor Badan Pusat Statistik, Rabu, 1 Oktober 2014.

Menurut Suryamin, kenaikan indeks harga grosir ini secara umum terjadi karena ada kenaikan harga di semua faktor barang, kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Secara umum indeks harga produk non-migas pada September 2014 sebesar 128,7 atau naik 0,42 persen dibanding Agustus 128,34.

Menurut Suryamin, komoditas pertanian yang mengalami kenaikan selama bulan September adalah tomat, kubis, sawi, cabai merah. Sektor ini merupakan pemberi andil perubahan terbesar indeks harga. "Pertanian mencapai 0,40 persen andilnya," kata dia.

Adapun sektor pertambangan dan penggalian, kata Suryamin, memberikan andil negatif atau deflasi sebesar 0,01 persen. Hal yang sama terjadi untuk barang ekspor non-migas. "Ekspor non-migas andilnya negatif 0,12 persen," ujarnya.

No comments:

Post a Comment