Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan harga solar dapat turun lebih murah ketimbang saat ini, yakni Rp 6.400 per liter. "Harga solar, kita sudah cek per hari ini. Sebetulnya Rp 6.000 per liter bisa masuk," ujarnya dalam rapat bersama Komisi Energi DPR, Selasa, 6 Februari 2015.
Perhitungan harga solar ditemukan setelah perhitungan 'alfa' dalam pembentuk harga menggunakan acuan lama, yakni sebelum berpatokan pada regulasi baru, yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Harga BBM. Alfa adalah komponen pembentuk harga BBM yang berasal dari biaya distribusi dan margin. Pada acuan lama, alfa dihitung sebesar Rp 700 per liter, sedangkan pada acuan baru Rp 1.300 per liter.
Pemerintah belum memutuskan harga solar karena masih mempertimbangkan harga yang berasal dari PT Pertamina. Dalam pembahasan bersama DPR, Sudirman meminta waktu agar Pertamina dapat meng-exercise harga, agar ketetapannya menjadi lebih terencana.
Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, jika harga solar ditetapkan di bawah Rp 6.200 per liter, itu akan menekan profit perusahaan. Menurut dia, harga paling visiblebagi Pertamina adalah Rp 6.200 per liter. "Pertamina masih bisa bernapas (dengan harga Rp 6.200 per liter). Tetapi, apa pun keputusan pemerintah, kami laksanakan," ujarnya.
Komisi Energi ingin pemerintah menurunkan harga solar dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.000 per liter setelah mendengar paparan Menteri ESDM. Namun Sudirman mengatakan, untuk menentukan harga, pihaknya perlu berkonsultasi dengan menteri ekonomi terkait. "Kami hargai aspirasi Komisi VII bahwa ingin memberi kabar baik untuk masyarakat ada harga lebih baik," tuturnya.
No comments:
Post a Comment