Pedagang mengklaim, pelanggannya berasal dari mahasiswa, pegawai negeri, selebriti hingga warga negara asing. Para pembeli bisa memilih berbagai jenis produk pakaian bekas bermerek dengan harga pas di kantong. Ujang, seorang pedagang di Pasar Senen mengaku kerap melayani para selebriti yang membeli bra dan celana dalam dari toko miliknya.
"Banyak yang beli dari mahasiswa hingga artis," kata Ujang di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Rabu (4/2/2015). Ujang menyebutkan kualitas dan pilihan produk yang beragam menjadi alasan kalangan artis mau membeli pakaian bekas impor. Kalau produk luar modelnya unik. Selain itu, bahannya juga bagus," jelasnya.
Pengakuan serupa diamini oleh Joni, pedagang bra dan celana dalam ini mengatakan konsumennya memang datang dari kalangan menengah atas yang mengetahui kualitas produk. "Kebanyakan yang beli dari kalangan atas yang tahu barang," sebutnya.
Pembeli produk pakaian bekas juga datang dari warga negara asing, seperti yang disebut oleh seorang pedagang jas bekas di sudut Pasar Senen. Dengan harga jas bekas senilai Rp 50.000 hingga Rp 350.000, para warga negara asing tetarik membeli dan memilih jas di Pasar Senen. "Orang bule juga banyak yang beli," kata pedagang yang tak mau disebutkan namanya.
Pengakuan lain datang dari pedagang grosir untuk pakaian bekas bernama Tedi. Ia mengaku memiliki konsumen orang asing yang rute membeli dalam jumlah banyak. Biasanya orang asing menjualnya lagi pakaian bekas yang telah dibelinya.
"Ada orang Italia. Dia beli ke saya untuk dijual lagi di Sawangan, Depok," kata Tedi.-Sudah sejak lama, bisnis pakaian bekas impor terjadi di Indonesia. Bahkan pakaian bekas ini dijual secara terbuka, contohnya di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Pemerintah siap menyapu bersih.
Indonesia memang melarang impor pakaian bekas dari negara mana pun. Seluruh pakaian bekas impor yang ada di Indonesia adalah ilegal. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan, pakaian bekas dari luar negeri ini sulit untuk dihadang masuk ke dalam negeri.
"Negara kita kan negara kepulauan dan panjang kan. Semua yang masuk itu melalui kapal-kapal kecil menengah yang masuk ke dalam," kata Rachmat di Istana Presiden, Jakarta, Rabu (4/2/2015). Selama ini, pengetatan masuknya pakaian bekas dari luar negeri sudah sering digaungkan, namun aksinya masih belum terlihat nyata.
"Itu sudah lama digaungkan. Sejak saya masih jadi pengurus Kadin sudah saya gaungkan. Sekarang justru akan saya follow up semuanya," jelas Rachmat. Produk bra dan celana dalam bekas impor laris manis di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Pembeli rata-rata berasal dari kaum hawa, mereka pun punya alasan tersendiri.
Pantauan di Pasar Senen, Rabu (4/2/2015), para pembeli datang silih berganti memasuki lorong-lorong toko penjual bra dan celana bekas. Susi, salah satu pembeli bra dan celana dalam bekas, mengaku tertarik dengan model yang ditawarkan. Dengan harga terjangkau, ia bisa memperoleh bra dan celana dalam bermerek dengan kualitas bagus.
"Modelnya keren-keren. Saya bisa pakai celana dalam dan bra merek terkenal dengan harga Rp 35.000," kata Susi kepada detikFinance di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Rabu (4/2/2015). Susi menyebut keunggulan lain dari bra dan celana dalam bekas dibandingkan dengan produk lokal, kualitas bra dan celana bekas impor sangat berbeda. Produk lokal mudah rusak sedangkan bra dan celana dalam impor bisa tahan lama meski kondisinya bukan baru lagi.
"Saya nggak lihat harga tapi kekuatannya. Saya sampai bosen pakai karena nggak rusak. Kalau buatan lokal dan baru, jika dicuci dan masuk mesin cuci jadi gampang hancur," paparnya. Susi tidak khawatir terhadap kebersihan bra dan celana dalam impor yang dibeli di Pasar Senen. Sebelum dipakai, ia selalu mencucinya dengan air panas. "Aman saja dipakai. Memang pertama direndam pakai air panas," jelasnya.
Pembeli bra dan celana dalam impor lainnya ialah Oni, ibu Rumah Tangga ini mengaku tertarik membeli karena pilihan bra dan celana dalam yang beragam. Selain itu, ia mengaku terhibur dengan berbagai ragam produk bra dan celana dalam bekas pakai yang ditawarkan penjual.
"Kadang buat iseng. Kalau suka ya beli kalau nggak suka ya nggak beli," jelasnya.
Selama memakai produk bra dan celana dalam bekas, Oni tidak pernah mengalami efek samping seperti terserang penyakit kulit. Alasannya ia selalu mencuci pakaian bekas pakai memakai air panas setiap baru membeli. Proses pencucian juga dilakukan terpisah dengan pakaian miliknya. "Rasa khawatir pasti ada tapi setiap beli saya rendem air panas apalagi kan ini daleman," ujarnya.
Pengakuan lain datang dari pedagang grosir untuk pakaian bekas bernama Tedi. Ia mengaku memiliki konsumen orang asing yang rute membeli dalam jumlah banyak. Biasanya orang asing menjualnya lagi pakaian bekas yang telah dibelinya.
"Ada orang Italia. Dia beli ke saya untuk dijual lagi di Sawangan, Depok," kata Tedi.-Sudah sejak lama, bisnis pakaian bekas impor terjadi di Indonesia. Bahkan pakaian bekas ini dijual secara terbuka, contohnya di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Pemerintah siap menyapu bersih.
Indonesia memang melarang impor pakaian bekas dari negara mana pun. Seluruh pakaian bekas impor yang ada di Indonesia adalah ilegal. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan, pakaian bekas dari luar negeri ini sulit untuk dihadang masuk ke dalam negeri.
"Negara kita kan negara kepulauan dan panjang kan. Semua yang masuk itu melalui kapal-kapal kecil menengah yang masuk ke dalam," kata Rachmat di Istana Presiden, Jakarta, Rabu (4/2/2015). Selama ini, pengetatan masuknya pakaian bekas dari luar negeri sudah sering digaungkan, namun aksinya masih belum terlihat nyata.
"Itu sudah lama digaungkan. Sejak saya masih jadi pengurus Kadin sudah saya gaungkan. Sekarang justru akan saya follow up semuanya," jelas Rachmat. Produk bra dan celana dalam bekas impor laris manis di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Pembeli rata-rata berasal dari kaum hawa, mereka pun punya alasan tersendiri.
Pantauan di Pasar Senen, Rabu (4/2/2015), para pembeli datang silih berganti memasuki lorong-lorong toko penjual bra dan celana bekas. Susi, salah satu pembeli bra dan celana dalam bekas, mengaku tertarik dengan model yang ditawarkan. Dengan harga terjangkau, ia bisa memperoleh bra dan celana dalam bermerek dengan kualitas bagus.
"Modelnya keren-keren. Saya bisa pakai celana dalam dan bra merek terkenal dengan harga Rp 35.000," kata Susi kepada detikFinance di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Rabu (4/2/2015). Susi menyebut keunggulan lain dari bra dan celana dalam bekas dibandingkan dengan produk lokal, kualitas bra dan celana bekas impor sangat berbeda. Produk lokal mudah rusak sedangkan bra dan celana dalam impor bisa tahan lama meski kondisinya bukan baru lagi.
"Saya nggak lihat harga tapi kekuatannya. Saya sampai bosen pakai karena nggak rusak. Kalau buatan lokal dan baru, jika dicuci dan masuk mesin cuci jadi gampang hancur," paparnya. Susi tidak khawatir terhadap kebersihan bra dan celana dalam impor yang dibeli di Pasar Senen. Sebelum dipakai, ia selalu mencucinya dengan air panas. "Aman saja dipakai. Memang pertama direndam pakai air panas," jelasnya.
Pembeli bra dan celana dalam impor lainnya ialah Oni, ibu Rumah Tangga ini mengaku tertarik membeli karena pilihan bra dan celana dalam yang beragam. Selain itu, ia mengaku terhibur dengan berbagai ragam produk bra dan celana dalam bekas pakai yang ditawarkan penjual.
"Kadang buat iseng. Kalau suka ya beli kalau nggak suka ya nggak beli," jelasnya.
Selama memakai produk bra dan celana dalam bekas, Oni tidak pernah mengalami efek samping seperti terserang penyakit kulit. Alasannya ia selalu mencuci pakaian bekas pakai memakai air panas setiap baru membeli. Proses pencucian juga dilakukan terpisah dengan pakaian miliknya. "Rasa khawatir pasti ada tapi setiap beli saya rendem air panas apalagi kan ini daleman," ujarnya.
No comments:
Post a Comment