Monday, April 6, 2015

Daya Saing Indonesia Menurun ... Pertumbuhan Industri Alami Penurunan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengingatkan ancaman deindustrialisasi yang semakin nyata di Indonesia menyusul tren penurunan pertumbuhan industri non-migas dalam empat tahun terakhir. Harjanto, Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kemenperin, mengungkapkan kecenderungan turun pertumbuhan industri terjadi sejak 2012. Penurunan pertumbuhan industri, kata Harjanto, selaras dengan penurunan ekspor dan impor.

Berdasarkan statistik, pertumbuhan industri pengolahan non-migas sempat menyentuh level tertinggi pada 2011 sebesar 6,49 persen, sebelum akhirnya melandai pada tahun-tahun berikutnya. Pada 2012, industri pengolahan non-migas tumbuh 6,42 persen dan turun menjadi 6,1 persen pada 2013 dan 5,34 persen pada 2014.

"Sudah semestinya kalau Indonesia mau ekonominya tumbuh 7-8 persen, sektor manufaktur harus didorong," ujar Harjanto di kantornya, Selasa (31/3). Semakin menurunnya daya saing industri nasional, kata Harjanto, menjadi ancaman utama deindustrialisasi di Tanah Air. Hal ini tercermin dari peringkat daya saing Indonesia yang masih berada di bawah negara-negara ekonomi utama di Asean.

World Economic Forum (WEF) dalam Global Competitiveness Report 2014-2015 menempatkan Indonesia di peringkat 35 dari 144 negara yang disurvei. Kendati meningkat dari hasil survei tahun sebelumnya di peringkat 38, namun daya saing Indonesia berada di bawah Thailand (31), Malaysia (20), Singapura (2).

"Sektor manufaktur adalah kunci suatu negara lepas dari middle income trap. Tidak ada negara yg sukses meningkatkan income per kapita tanpa memiliki sektor manufaktur yang kuat," ujar Harjanto.  Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berpenghasilan menengah, Harjanto mengatakan peran industri harus mencapai sekitar 40 persen terhadap ekonomi atau produk domestik bruto (PDB).

Sejalan dengan program Nawa Cita, lanjut Harjanto, pemerintah telah merancang program cepat pembangunan sektor manufaktur dalam lima tahun ke depan. Ada 10 program yang dirancang pemerintah, antara lain dengan membangun 14 kawasan industri di luar Pulau Jawa, mendorong hilirisasi industri tambang dan pertanian, serta menyediakan fasilitas atau insentif bagi investasi di industri pengolahan.

Kementerian Perindustrian menargetkan industri non-migas tumbuh 6,8 persen pada tahun ini. Harjanto mengatakan sektor manufaktur diharapkan semakin meningkat pertumbuhannya menjadi 8,5 persen pada 2020 dan menembus 9,1 persen pada 2025.

Sejalan dengan optimisme tersebut, Harjanto mengatakan sumbangan industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) diharapkan semakin besar dari tahun ke tahun. Demikian pula dari sisi ekspor dan serapan tenaga kerja, diharapkan meningkat seiring dengan geliat manufaktur.

No comments:

Post a Comment