Salah satu entitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Brantas Abipraya berencana mencari sumber dana melalui instrumen pembiayaan pasar modal yaitu penerbitan obligasi (surat utang korporasi).
“Ada salah satu perusahaan BUMN yang mau menerbitkan obligasi, namanya PT Brantas. Namun belum menyampaikan lebih lanjut berapa jumlah dananya,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia Hoesen di Jakarta, Kamis (8/1).
Brantas Abipraya sendiri merupakan perusahaan konstruksi dengan proyek di dalam atau di luar negeri, seperti bendungan, terowongan, jalan dan jembatan, bandara, bangunan, pembangkit listrik, dan lain-lain. Perusahaan juga mengembangkan usaha dengan diversifikasi produk melalui pembentukan anak perusahaan.
“Belum sempat bertemu lagi dengan mereka (PT Brantas). Nanti saya kabari lagi,” kata Hoesen. Sebelumnya Brantas Abipraya pernah menerbitkan Medium Term Notes (MTN) tahun 2013 Seri A Tahap III berjumlah Rp 25 miliar yang telah didistribusikan secara elektronik pada 8 Januari 2014. Saat itu pengaturan penerbitan MTN dilakukan oleh PT Bahana Securities selaku penjamin pelaksana emisi MTN.
Saat itu kupon (bunga) obligasi tetap dengan tingkat bunga sebesar 9,25 persen per tahun. Adapun jangka waktu MTN 380 (tiga ratus delapan puluh) hari dengan frekuensi pembayaran bunga 1 bulanan. Pembayaran bunga pertama pada 8 Februari 2014 dan jatuh tempo pada 28 Januari 2015.
Ketika ditanyakan terkait anak usaha BUMN lain yang berencana untuk melantai di bursa saham, Hoesen menyatakan belum ada informasi lebih lanjut. Menurutnya, jika pemerintah serius maka sebaiknya segera melakukan pembicaraan dengan BEI.
“Belum ada kabar lagi terkait BUMN yang mau mencatatkan saham di bursa. Kalau memang benar-benar serius, ya kabari kami,” ujar Hoesen. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan akan ada tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang siap melakukan privatisasi dalam bentuk penerbitan saham baru atau rights issue pada tahun ini.
"Yang sudah diusulkan (privatisasi) tiga BUMN," kata Sofyan Djalil kepada wartawan saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (7/1) malam. Namun sayangnya, Sofyan tidak menyebutkan perusahaan BUMN apa saja dan nilai rights issuemaupun anggaran penyerapan saham baru BUMN tersebut. "Nanti, kita belum bahas sama sekali," kata mantan Menteri BUMN era Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I itu.
No comments:
Post a Comment