Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sudirman Saad mengatakan, ada sebuah kapal karam di Indonesia yang diburu oleh para pemburu harta karun.
"Flor de la Mare namanya," kata Sudirman di Jakarta, Rabu (7/1/2015).
Tak hanya diuber-uber pemburu harta karun, kapal yang diduga milik Portugis dan karam di perairan Indonesia itu pun menyedot perhatian sineas dunia.
Tak tanggung-tanggung, produser film Titanic pun berminat mengabadikan sejarah Flor de la Mare dalam sebuah karya film. "Sudah ada rencana dari produser film Titanic untuk memfilmkan, kalau lokasi (kapal) ditemukan dan diberi izin untuk menyurvei dan mengangkat," ucap Sudirman.
Tak ketinggalan, perusahaan film dokumenter National Geographic juga sudah mengajukan proposal untuk meliput jika nanti Flor de la Mare betul-betul ditemukan dan diangkat.
"Jadi, nilai ekonomi dari benda muatan kapal tenggelam (BMKT) bukan lagi ada pada benda yang ada di kapal itu, melainkan pada sejarah dari kapal itu. Ternyata, nilai ekonomi terbesarnya ada di situ," kata Sudirman.
Tak hanya kekayaan alam hayati saja, Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) juga termasuk kekayaan Indonesia yang tersimpan di laut. Bahkan Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sudirman Saad pun mengakui, banyak pemburu harta karun yang mencari BMKT di perairan laut Indonesia.
Penanggungjawab harian dalam Panitia Nasional sementara (ad hoc) yang mengurusi BMKT sejak 2010 adalah Sudirman Saad. "Saya baru saja mengikuti pengadilan di Menkopolhukham tentang BMKT. Isunya, Dirjen KP3K sebagai penanggungjawab harian dari Panitia Nasional telah melakukan diskriminasi izin BMKT," papar Sudirman di kantornya, Rabu (7/1/2015).
Lebih lanjut Sudirman menjelaskan, selama menjadi penanggungjawab BMKT, sejak 2010 sampai hari ini belum pernah satu izin pun yang ia keluarkan. "Jadi, apanya yang didiskriminasi? Izinnya pun belum ada satu pun yang kita keluarkan selama 5 tahun terakhir," kata dia lagi.
Dia menuturkan, ternyata bagi Menkopolhukham, soal BMKT sangatlah menarik. Ternyata pula, kata dia, di dunia internasional BMKT juga dianggap sebagai suatu kejahatan transnasional. Bahkan Kepolisian RI pernah mengikuti training khusus kejahatan transnasional, yang salah satu materinya soal BMKT.
"Jadi tadi kesimpulan rapatnya, BMKT ini harus ditangani secara serius, tidak boleh lagi ada sekadar panitia adhoc. Panitia Nasional yang saat ini, itu ad hoc sementara. Harusnya ditangani secara melembaga," ucap Sudirman.
Lembaga permanen Jika sudah ditunjuk Kementerian atau membuat lembaga baru yang permanen, maka langkah selanjutnya adalah melakukan survei secara nasional. Sudirman mengatakan, survei secara nasional dilakukan untuk mematikan ada berapa kapal tenggelam di laut Indonesia.
"Dari hasil survei itu akan kita tentukan mana yang akan kita konservasi dibiarkan di bawah laut, mana yang boleh diangkat untuk keperluan scientific, dan mana izin yang dipakai investor untuk keperluan ilmu pengetahuan dan ekonomi sekaligus," kata Sudirman.
Kerajaan perlu bekerjasama dengan Portugal dalam usaha menyelesaikan misteri harta karun di bangkai kapal milik tentera Portugis, Flor De La Mar. Bekas Ketua Menteri Melaka, Tan Sri Dr Rahim Thamby Chik berkata, Portugal mempunyai kajian tepat mengenai lokasi harta yang disifatkan dirampas tentera Portugis diketuai Alfonso De Albuquerque dari bumi Melaka.
"Pencarian tentang harta karun harta warisan sejarah Melaka ini perlu diteruskan. Kajian terperinci telah dibuat oleh beberapa pihak terutama daripada Eropah dan beberapa pihak mempunyai maklumat terperinci posisi dan lokasi harta ini.
"Ia berkait dengan sejarah lama dan mempunyai nilai kewangan tinggi, jadi pihak yang ada maklumat ini tidak akan memberi kerjasama untuk usaha pencarian ini kecuali ada satu mekanisme yang sesuai untuk tujuan tersebut,'' katanya. Dr. Rahim berkata demikian semasa ditemui di pejabatnya di sini. Flor de la Mar, Frol de la mar, atau Flor do Mar (Si Kuntum Laut) adalah kapal milik Portugis yang boleh menjangkau berat sehingga 400 tan.
Kapal ini telah menyertai pelayaran lebih dari 9 tahun di Lautan India sehingga akhirnya dilaporkan karam pada November 1511 bersama harta rampasan dari Melaka. Jelas Dr. Rahim, kapal yang dipercayai karam berhampiran lautan Acheh itu mampu diapungkan melalui hasil kerjasama Malaysia, Portugal dan Indonesia.
Dalam pada itu katanya, beberapa perkara tertentu berkenaan undang-undang terhadap isu ini perlu diselesaikan untuk mengelak pertindihan hak ke atas harta kapal itu. "Kerana itu Kerajaan Indonesia ada hak kepada harta ini tetapi dia hendaklah memberi kesediaan untuk berkongsi tentang penemuan atau potensi penemuan khazanah berkenaan.
"Malaysia juga ada hak dari segi sejarah sebab harta itu adalah harta rakyat Melaka dan daripada perbendaharaan Kesultanan Melayu Melaka, walau hak sejarah ini tidak begitu kuat, kita juga mempunyai kedudukan dalam distribusi perkongsian khazanah ini,'' ujarnya.
Ketika ditanya apa tindakan yang harus dilakukan sekiranya ada pihak yang berjaya mengapungkan Flor De La Mar, ini katanya; "Ia mempunyai nilai sejarah tinggi untuk dipamerkan mengenai kemajuan Tamadun Melayu Melaka. Jika ketemui kita perlu bina muzium bagi memperingati tamadun Melayu Melaka.''
Sebelum ini, pencari harta karun Amerika, Robert Marx menyifatkan Flor De La Mar ialah kapal kaya raya yang telah hilang di lautan. Jelas Robert, kapal itu dikatakan menampung 200 tong dipenuhi batu permata berharga, berlian dari saiz kecil setengah inci sehingga sebesar genggam manusia. Difahamkan, usaha mengapungkan kapal itu memerlukan penggunaan teknologi tertentu dengan menelan kos sehingga RM98.9 juta (AS$30 juta).
No comments:
Post a Comment