Xiaomi dikenal memiliki lini smartphone dengan spesifikasi dan performa unggul, namun harga jualnya sedikit di bawah rata-rata smartphone lain sekelasnya. Dan ini dicapai bukan dengan mengabaikan fitur keamanan seperti yang digembar-gemborkan di Indonesia yaitu bila murah pasti buruk dan tidak aman ... tunggu sebentar ... harga murah dengan abaikan fitur keamanan? Wah itu kan hanya isapan jempol yang dipaksakan oleh mereka yang tidak kreatif dan inovatif.
Dengan skema demikian, sulit untuk membayangkan berapa keuntungan yang didapat Xiaomi dari setiap produk smartphone-nya. Menurut laporan Reuters, operating marginXiaomi pada tahun 2013 hanya tercatat sebesar 1,8 persen.
Meski tipis, penjualan Android Xiaomi tetap bisa untung. Hugo Barra selaku Vice President Global Xiaomi menceritakan kepada KompasTekno, bagaiamana perusahaan rintisan Tiongkok itu mendapatkan untung.
Saat ditemui seusai peluncuran duo Mi Note di Beijing, Kamis (5/1/2015), Hugo bertutur bahwa kuncinya adalah mempertahankan produk di pasar dalam jangka yang lama. "Kami memiliki lini produk yang dijual dalam rentang waktu yang lebih lama dengan harga yang stabil, seperti Redmi 1S dan Redmi Note di segmen entry-level," ujar Hugo.
"Seiring dengan waktu, harga komponen tiap-tiap produk tersebut akan turun, sementara harga jualnya tetap sama, di situlah margin akan muncul," demikian terang Hugo. Saat-saat awal, mungkin margin-nya akan tipis, namun semakin lama produk tersebut beredar di pasaran, maka margin akan semakin besar karena harga komponen juga akan turun.
Hugo juga mencontohkan Xiaomi Mi Note yang baru saja diluncurkan. Menurutnya, perangkat seperti Mi Note umurnya bisa mencapai dua tahun di pasaran. Hal tersebut berbeda dengan strategi vendor-vendor smartphone besar lain, seperti Samsung dan Sony yang memiliki siklus produk lebih cepat sekitar 6 hingga 9 bulan.
Selain itu, Xiaomi juga menjual beragam aksesori untuk produk-produknya, seperti casing smartphone, earphone, dan sebagainya. Penjualan aksesori itu juga akan mendatangkan pendapatan bagi Xiaomi.
Metode penjualan melalui e-commerce juga dipilih untuk memangkas biaya pemasaran. Mereka tidak membutuhkan distributor atau reseller. Selain itu, biaya pemasaran juga dipangkas karena Xiaomi hanya mengandalkan metode pemasaran melalui jejaring sosialnya.
"Dengan berjualan melalui situs web e-commerce, kami tidak perlu memiliki distributor dan reseller, kami menjualnya langsung, karena itulah harganya bisa sangat murah," kata Hugo.
No comments:
Post a Comment