Menteri Perndustrian Saleh Husin mengatakan, industri jamu mengalami kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2014 industri jamu mencatatkan penjualan sebesar Rp 15 triliun. Untuk tahun ini, ia mengatakan, proyeksi penjualan akan mencapai Rp 20 triliun atau mengalami kenaikan sebesar Rp 5 triliun.
“Industri jamu mencatatkan prestasi yang menggembirakan dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut terlihat dari omzet yang terus meningkat dari tahun ke tahun,” kata Saleh dalam acara yang bertajuk Minum Jamu Bersama Dalam Rangka Mencintai Industri Jamu Nasional di Kantornya, Jumat (16/1/2015).
Menurut dia, saat ini terdapat 1.160 industri jamu yang terdiri dari 16 industri skala besar dan 1.144 industri skala kecil dan menengah yan tersebar di berbagai wilayah Indonesia terutama di pulau jawa. Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha (GP) Jamu, Charles Saerang mengatakan potensi ini perlu didukung sepenuhnya oleh pemerintah. Pasalnya, keberadaan jamu sudah ada sejak jaman Majapahit dan selalu bisa dipertahankan di masyarakat.
“Minum jamu itu sudah jadi tradisi sejak (kerajaan) Majapahit. Selain bisa menyehatkan badan, juga bisa bermanfaat kepada petani. Jamu itu selalu bisa dipertahankan di masyarakat karena tanpa campuran kimia. Saya harapkan minuman jamu jadi minuman resmi di kementerian-kementerian,” kata Charles. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, optimistis bahwa produsen jamu di Tanah Air sudah siap untuk bersaing dan berkompetisi dengan negara lain.
"Kalau kemudian kita tidak bisa bersaing dalam satu hal, misalnya packagingnya saja, kita tidak bisa bersaing dengan masyarakat Asean lainnya. Ini tantangan buat semua pengusaha jamu di Indonesia. Saya rasa mereka sudah siap untuk bisa bersaing dan berkompetisi dengan negara lain," ujar Puan di depan Kantor Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Rabu (26/11/2014).
Presiden Direktur PT Nyonya Meneer, sekaligus Ketua Gabungan Pengusaha Jamu, Charles Saerang, menyatakan hal sebaliknya. Menurut dia, ada banyak hal yang masih harus dibenahi oleh pemerintah maupun pelaku bisnis jamu.
Charles mengatakan, pemerintah perlu membentuk semacam "emporium" sebagai bentuk persiapan menghadapi pasar bebas. "Emporium" diharapkan menjadi one stop solution untuk mendapatkan produk khas Indonesia berkualitas, baik merk besar maupun produk UMKM. "Emporium ini untuk menyatukan seluruh produk jamu yang ada. Yang sudah ada dan branded," tukas Charles.
Menurutnya, pembangunan emporium tersebut penting untuk menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di akhir 2015 mendatang. Tanpa emporium produk nasional tersebut, masyarakat dunia akan sulit mengakses produk Indonesia berkualitas.
No comments:
Post a Comment