Sunday, January 18, 2015

Daftar Nama Perusahaan Yang Merugi dan Pecat Karyawan Karena Harga Minyak Turun

Turunnya harga minyak dunia menyebabkan perusahaan minyak asal Jepang mengalami kerugian mencapai miliaran dolar. JP Morgan Securities memprediksi lima perusahaan minyak Jepang yaitu JX Holdings, Idemitsu Kosan, Cosmo Oil, TonenGeneral Sekiyu, dan Showa Shell Sekiyu berpotensi menelan kerugian JPY 460 miliar setara hampir US$ 4 miliar sepanjang 2014. “Perhitungan selesai pada Maret mendatang,” kata analis JP Morgan, Yuji Nishiyama Ahad 18 Januari 2015.

Perusahaan minyak tersebut memasok dan menguasai lebih dari 90 persen kebutuhan domestik Jepang. Menurut Nishiyama, kerugian disebabkan anjloknya harga minyak ke titik US$ 45 per barel dan kebijakan Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) yang enggan memangkas produksi minyak mentah.

Kendati demikian Nishiyama menilai masih ada peluang perusahaan menghindari kerugian. Caranya pemerintah mengurangi pungutan pajaknya. Adapun pada 2015, Nishiyama memprediksi situasi akan membaik. Senada dengan itu, JP Morgan juga memprediksi JX Holdings, Idemitsu Kosan, dan Cosmo Oil tidak akan mengalami kerugian hingga Maret mendatang. Sedangkan TonenGeneral Sekiyu dan Showa Shell Sekiyu diprediksi menelan kerugian tidak lebih dari US$ 663 juta.

Jatuhnya harga minyak dunia membawa dampak buruk pada bermacam sektor bisnis. Selain membuat kontraktor lapangan minyak merugi, kondisi ini juga mengancam kelangsungan usaha produsen helikopter. Kantor berita Reuters mengabarkan, harga saham sejumlah perusahaan transportasi, leasing, dan produsen helikopter mulai menurun, seiring melorotnya harga minyak dunia. Saham CHC Group, penyedia jasa transportasi, anjlok 70 persen sejak pertengahan tahun 2014 saat harga minyak mulai bergejolak. Demikian juga dengan Era Group dan Bristow Group, yang turun masing-masing 29 persen dan 24 persen. Padahal indeks saham S&P 500 mengalami lonjakan pada periode yang sama.

Juru bicara CHC, T. R. Reid, mengatakan saat ini adalah momen paling tidak mengenakkan dalam bisnis penyewaan helikopter. Namun dia tetap yakin kondisi akan berubah, karena harga minyak pun bisa kembali naik. "Industri ini sudah berjalan jauh, hingga ke lepas pantai," ujarnya seperti dikutip pada Jumat, 16 Januari 2015. Sedangkan manajemen Bristow Group mengatakan angka pertumbuhan bisnisnya cukup terpengaruh. "Namun kami berada dalam posisi aman."

Saat ini, pabrikan helikopter maupun perusahaan transportasi berbasis helikopter sangat bergantung pada operator minyak. Produsen heli seperti Sikorsky, AgustaWestland, Airbus Helicopter, dan Bell Helicopter memasarkan 40 persen produknya kepada perusahaan minyak. Hasil riset Teal Group menyebutkan nilai penjualan produk helikopter mencapai US$ 16 miliar per tahun, naik dua kali lipat sejak 2006 karena disokong proyek eksplorasi minyak.

Dalam sebuah seminar, Presiden Sikorsky, Mick Maurer, mengatakan penurunan harga minyak akan menekan bisnis mereka untuk sementara waktu. "Industri minyak dan gas adalah dua pertiga dari pasar kami, untuk produk non-militer," katanya. Hal ini berbanding terbalik dengan bisnis maskapai penerbangan, yang menuai keuntungan dari merosotnya harga minyak dunia.

Penurunan harga minyak dunia mulai membawa dampak buruk di sektor tenaga kerja. Karena pendapatannya merosot, operator ladang minyak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sebagian karyawannya Ini yang dilakukan oleh Schlumberger, perusahaan minyak yang bermarkas di Houston, Texas, Amerika Serikat. Kabar yang dilansir Business Insider menyebutkan Schlumberger akan merumahkan 8 persen atau sebanyak 9 ribu karyawannya.

Manajemen Schlumberger menyatakan hal ini dilakukan sebagai respons atas penurunan harga minyak. "Serta mengantisipasi rendahnya kegiatan eksplorasi pada 2015," demikian pernyataan yang dirilis pada Kamis, 15 Januari 2015, waktu setempat. Schlumberger adalah penyedia peralatan dan jasa untuk eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas terbesar di dunia. Perusahaan yang didirikan di Prancis pada 1926 ini mempekerjakan sekitar 126 ribu karyawan dan beroperasi di 85 negara.

Namun dalam satu semester terakhir pendapatan dan harga saham Schlumberger merosot hingga 30 persen akibat penurunan harga minyak dunia. Saat ini Schlumberger menyatakan nilai earnings per share (EPS) atau pendapatan per lembar saham mencapai US$ 1,5, dan total penerimaan perusahaan sebesar US$ 12,6 miliar. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai EPS naik 11 persen dan penerimaan perusahaan meningkat 6 persen.

No comments:

Post a Comment