Pusat Informasi Pasar Modal Semarang memperkirakan nilai transaksi di pasar modal Jawa Tengah di tahun 2015 masih lemah. Kondisi itu tak lepas dari pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Tingginya nilai tukar dolar masih menjadi kendala investasi lewat bursa saham di Jawa Tengah," kata Kepala Pusat Informasi Pasar Modal Semarang Stephanus Cahyanto saat ditemui di kantornya, Selasa, 6 Januari 2014.
Diperkirakan nilai transaksi setiap bulan di bursa saham Jawa Tengah tak akan lebih dari Rp 500 miliar, alias tidak lebih tinggi dari tahun 2014. Kondisi itu menurun dibanding tahun 2013 yang sempat mencapai 700 miliar. "Kalau 2013 dipengaruhi penentuan aturan harga baru saham, tapi tahun ini lebih pengaruh nilai tukar dolar," Stephanus menambahkan.
Tingginya pengaruh nilai tukar dolar terhadap investasi itu, menurut Stephanus, akibat emiten bahan bahan impor untuk industri dalam negeri lebih banyak. Kondisi itu dinilai tak imbang dengan penjualan barang ke luar negeri atau ekspor yang lebih rendah.
Catatan Pusat Informasi Pasar Modal Semarang menunjukkan, hingga November 2014 terdapat 3.500 investor yang membeli saham. Jumlah itu naik hingga 113 persen dari tahun 2013. Namun, nilai transaksinya justru melemah, dari rata-rata Rp 700 miliar pada tahun 2013, menjadi rata-rata Rp 500 miliar per bulan. "Tahun 2013 pemodal di Jateng hanya 1.656, artinya tahun 2014 hingga 2015 sikap investor masih stagnan," kata Stephanus.
Divisi Edukasi dan Informasi Pasar Modal Semarang Fanny Rifqi El Fuad menyatakan minat pelaku pasar akan lebih agresif bila neraca perdagangan mulai berimbang. "Itu di luar peran BI, langkah itu bisa dilakukan oleh pemerintah dengan cara menarik investasi ke daerah," katanya.
No comments:
Post a Comment