Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis, 20 Januari 2014. Indeks sempat menurun, meskipun akhirnya kembali melesat. Pada pembukaan perdagangan, indeks berada pada level 5215,640 atau naik 0,071 persen dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. Hingga pukul 10.25 WIB indeks tercatat menembus level tertinggi 5241,006. Namun, indeks juga sempat menurun di level 5215,026.
Dalam satu setengah jam perdagangan, frekuensi perdagangan mencapai 79.926 dengan total saham yang diperdagangkan mencapai 2,3 miliar lembar. Total nilai perdagangan mencapai Rp 2,43 triliun. Sebelumnya, penguatan yang terjadi pada bursa regional turut mengerek IHSG pada Rabu, 21 Januari 2015. IHSG menguat 49,176 poin (0,95 persen) ke level 5.215,26 pada Rabu 21 Januari 2015.
Analis dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Tiesha Narandha Putri, mengatakan penguatan IHSG didorong oleh saham-saham sektor barang konsumsi dan aneka industri. Salah satunya adalah saham Unilever. Saham Unilever Indonesia (UNVR) menguat 5 persen dan menjadi penyumbang kenaikan terbesar. "Penurunan harga komoditas utama yang diatur pemerintah mendorong pelaku pasar memburu saham di sektor konsumsi," kata Tiesha.
Penguatan yang terjadi pada bursa regional turut mengerek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. IHSG menguat 49,176 poin (0,95 persen) ke level 5.215,26 pada Rabu 21 Januari 2015. Saat itu, saham yang diperdagangkan mencapai 5,2 miliar lembar atau senilai Rp 6,3 triliun. Investor asing mencatat pembelian bersih sebesar Rp 70 miliar. Analis dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Tiesha Narandha Putri, mengatakan penguatan IHSG didorong oleh saham-saham sektor barang konsumsi dan aneka industri.
Salah satunya adalah saham Unilever. Saham Unilever Indonesia (UNVR) menguat 5 persen dan menjadi penyumbang kenaikan terbesar. "Penurunan harga komoditas utama yang diatur pemerintah mendorong pelaku pasar memburu saham di sektor konsumsi," kata Tiesha.
Pada bursa regional, sentimen positif muncul dari kebijakan bank sentral Jepang, yang menurunkan estimasi inflasi dan mempertahankan stimulus moneter sebesar 80 triliun yen. "Pelaku pasar juga mengantisipasi langkah bank sentral Eropa, yang akan meluncurkan kebijakan moneter quantitative easingpada hari ini," tutur Tiesha.
Analis dari PT Universal Broker, Satrio Utomo, mengatakan secara teknis indeks sudah mendapatkan sinyal positif karena berhasil ditutup mencapai level resistan 5.175. Hari ini, IHSG diperkirakan berada di angka 5.175-5.250 dengan kecenderungan menguat.
Namun tren bullish jangka pendek IHSG belum tentu bertahan dalam waktu lama. Pasalnya, sinyal pembalikan arah (reversal) baru terlihat pada saham-saham barang konsumsi dan semen tanpa diikuti oleh saham-saham berkapitalisasi besar lainnya. Masih adanya volatilitas harga akibat subsidi mengambang pemerintah, yang membuat pelaku pasar masih cenderung berhati-hati dalam melakukan akumulasi," kata Satrio
Aksi beli pelaku pasar domestik berhasil menyelamatkan indeks dari tekanan jual yang dilakukan investor asing. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dalam perdagangan Selasa, 20 Januari 2015, menguat 14 poin (0,27 persen) ke level 5.166,09.
Meski begitu, analis dari PT Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, mengatakan tren jangka pendek indeks sebenarnya masih cenderung melemah akibat tingginya aksi jual investor asing dan minimnya sentimen positif di bursa. Dalam dua hari perdagangan, investor asing telah mencatat net sell Rp 1,05 triliun. Adapun saham-saham yang banyak dilepas berasal dari golongan saham berkapitalisasi besar.
Lanjar menuturkan capital outflow pada bursa saham dipicu dua faktor. Pertama, revisi pertumbuhan ekonomi global oleh Bank Dunia meningkatkan risiko investasi. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia dan Eropa cenderung turun. Hanya ekonomi Amerika Serikat yang direvisi naik. Kedua, rencana bank sentral Amerika (The Fed) menaikkan suku bunga mendorong investor mengalihkan asetnya ke dalam dolar AS.
Di Indonesia, menurut Lanjar, kondisi fundamental ekonomi masih cenderung melambat akibat tekanan defisit perdagangan dan melemahnya permintaan komoditas global. Dia berharap kebijakan pemerintah menekan inflasi dengan menurunkan harga bahan bakar minyak bersubsidi bisa menjadi oasis di tengah keringnya data ekonomi yang positif. Ke depan, pelaku pasar berharap Bank Indonesia bisa merespons rendahnya inflasi dengan menurunkan suku bunga.
Hari ini, Rabu, 21 Januari 2015, Lanjar memprediksi indeks berada pada 5.130-5.200 dengan kecenderungan konsolidasi hingga menguat terbatas. "Perhatikan saham-saham seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Semen Indonesia (SMGR), London Sumatera Plantation (LSIP), Perusahaan Gas Negara (PGAS), dan Bank Mandiri (BMRI)," tuturnya.
No comments:
Post a Comment