Tuesday, January 13, 2015

Harga Minyak Mentah Jatuh Karena Disengaja Oleh Arab Saudi

Ekonom dari Universitas Indonesia, Chatib Basri, mengatakan penurunan harga minyak dunia menjadi US$ 56 per barel itu memang disengaja. "Agar adapredatory prices," ujarnya di Hotel Mulia Jakarta, Rabu, 14 Januari 2014.

Predatory prices, ujar Chatib, diupayakan para produsen minyak agar menghentikan laju penggunaan energi alternatif. "OPEC akan membiarkan volume minyak terus meningkat," tutur Chatib. Menteri Keuangan periode 2009-2014 itu mengatakan penurunan harga minyak akan otomatis mengikis permintaan energi alternatif dan mengokohkan minyak sebagai satu-satunya sumber energi. Harga murah membuat konsumen enggan beralih menggunakan energi alternatif, yang notabene harganya tidak terpaut jauh.

Pendapat dari Chatib Basri ini sangat berbeda dengan pandangan Sheikh Ahmed-Zaki Yamani Menteri Perminyakan Arab Saudi yang melihat sudah berakhirnya era bahan bakar minyak pada tahun 2030 dan digantikan dengan energi terbarukan sehingga akhirnya Arab Saudi berpendapat minyak yang dijual murah lebih menguntungkan daripada minyak yang tidak dapat dijual. (Baca : Everything Has Changed: Oil, Saudi Arabia, And The End Of OPEC dan Economist: The End of Oil Age  dan The End May Be in Sight for Fossil Fuels dan Global solar dominance in sight as science trumps fossil fuels )

Menurut Chatib, turunnya harga minyak hanya menjadi umpan dan memberikan ilusi kepada konsumen kalau stok minyak melimpah. "Ketika minyak menjadi satu-satunya energi yang digunakan, saat itulah harga minyak akan naik," katanya.

Chatib memberi contoh penurunan harga CPO. "Dulu, waktu harga minyak tinggi, harga CPO juga naik, karena banyak yang menggunakannya sebagai alternatif," ujarnya. Situasi yang sama, tutur dia, juga dirasakan oleh komoditas energi lain, seperti batu bara. "Income-nya turun secara signifikan."

Keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) tidak menurunkan produksi membuat harga minyak mentah merosot ke level terendah dalam empat tahun terakhir. Ekonom PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan pertemuan OPEC tadi malam di Wina, Austria, memutuskan tetap mempertahankan pasokan 30 juta barel per hari meski ekonomi global melambat. "Akibatnya, harga minyak mentah dunia jenis WTI langsung ambles ke level US$ 69,95 per barel, sementara jenis Brent US$ 72,58 per barel."

Negara-negara anggota OPEC merupakan penghasil minyak terbesar dunia dengan produksi 30 juta barel per hari sejak 2012. Keputusan mempertahankan suplai ini akan terus diberlakukan hingga pertemuan OPEC berikutnya pada 15 Juni 2015.

Harga minyak mentah sudah melemah 34 persen dari posisi tertingginya pada awal tahun sebesar US$ 102 per barel. Komoditas ini terus melemah sejak Cina mengumumkan perlambatan ekonominya sejak kuartal pertama 2014. Bila ekonomi global tidak mendukung permintaan minyak mentah, harganya bakal terus merosot.

Menurut Lana, turunnya harga minyak mentah dunia akan mendorong pelemahan tajam pada harga komoditas lain, terutama emas, mineral, dan tambang. "Sebaliknya, penurunan harga minyak membuat dolar semakin menguat," ujar Lana.

Di transaksi pasar uang hari ini, indeks dolar menguat terhadap seluruh mata uang dunia. Adapun rupiah kembali melemah ke level 12.200 per dolar Amerika. Anjloknya harga minyak juga turut berdampak bagi pasar saham Asia pagi ini yang kompak berada di zona merah.

No comments:

Post a Comment