Thursday, April 16, 2015

Analisa Belanja Modal Astra Internasional Senilai Rp. 19 Triliun dan Kaitannya Dengan Laba Perusahaan

PT Astra International Tbk (ASII) telah berencana menanamkan belanja modal Rp 19 triliun sepanjang tahun ini. Alokasi terbesar investasi perseroan akan ditanamkan pada usaha alat berat dan konstruksi, sementara sektor otomotif sedikit dikesampingkan menyesuaikan dengan kurang baiknya permintaan.

PT Mandiri Sekuritas turut mencermati rencana investasi konglomerasi bisnis terbesar di Indonesia tersebut. Handoko Wijoyo, analis Mandiri Sekuritas mengungkapkan dengan mengalokasikan 34 persen atau Rp 6,46 triliun dari belanja modal tahun ini untuk PT United Tractors Tbk (anak usaha di bidang alat berat), Astra coba membuat sinergi bisnis baru.

Menurut Handoko, Astra berencana memasuki bisnis konstruksi melalui PT Acset Indonusa (anak usaha United Tractors). “Dari Acset Indonusa, Astra coba menggali sinergi dalam kelompok. Caranya adalah dengan mengeksplorasi peran sub-kontraktor bagi empat kontraktor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) besar,” ujar Handoko melalui riset, dikutip Senin (2/3).

Menurut Handoko, manajemen Astra menargetkan Acset Indonusa bisa memberi kontribusi laba sebesar 10 persen dari laba bersih United Tractors dalam lima tahun ke depan. Sementara pada bisnis konstruksi, Astra mengalokasikan 24 persen belanja modal atau Rp 4,56 triliun yang sebagian besar dialokasikan untuk menyelesaikan ruas tol Kertosono-Mojokerto.

“Tergantung pada proses pembebasan lahan, Astra juga menargetkan sisa ruas tol Kertosono-Mojokerto sepanjang 26 km akan mulai beroperasi pada tahun ini. Sampai sekarang, Astra memiliki kepemilikan pada 124,2 km ruas jalan tol atau 13 persen jalan tol nasional,” jelas Handoko.

Untuk bisnis otomotif, Astra mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 4,18 triliun atau 22 persen dari total rencana belanja modal Rp 19 triliun. Dari bisnis otomotif tersebut, kapasitas tahunan Astra Daihatsu Motor mencapai 530 ribu unit telah digunakan 100 persen, sedangkan Toyota Motor Manufacturing Indonesia pada tingkat 80 persen.

“Tidak ada rencana untuk meningkatkan kapasitas mobil tahun ini. Tidak ada model baru yang disebutkan oleh manajemen, namun beberapa upgrade model yang akan diluncurkan tahun ini,” kata Handoko. Menurut Gaikindo, kapasitas produksi mobil nasional mencapai 1,9 juta unit per tahun, dibandingkan dengan estimasi penjualan domestik yang hanya 1,2 juta unit tahun ini, dan 200 ribu unit ekspor pada 2014.

“Kemudian pada bisnis properti, manajemen menekankan strategi bisnis dengan memanfaatkan lahan yang ada, untuk dioperasikan,” kata Handoko. Proyek apartemen Anandamaya , kerja sama dengan Hong Kong Land, diharapkan mulai menghasilkan pendapatan pada tahun 2016 dan 2018 untuk tanggal penyelesaian. Selain itu, proyek Menara Astra juga ditargetkan 2018 bisa selesai.

Perusahaan konstruksi PT Acset Indonusa Tbk (ACST) menyatakan tidak mampu mencapai target perolehan kontrak baru sepanjang 2014 sebesar Rp 1,5 triliun karena situasi politik yang dinilai kurang mendukung.

Hilarius Arwandhi, Direktur Acset Indonusa mengatakan hingga Desember 2014, perseroan tercatat baru mencapai angka kontrak baru sekitar Rp 600 miliar. Sementara total kontrak berjalan selama 2014 mencapai Rp 3,3 triliun. Dia menyatakan, faktor pemilu yang memanas membuat beberapa perusahaan yang menjadi kliennya menahan diri untuk meneruskan proyek pembangunan yang direncanakan.

“Banyak yang menunda proyek konstruksi dan terpaksa mengulang lagi pada tahun ini,” ujarnya di Jakarta, Senin (9/2). Sayangnya, terkait target kontrak baru pada tahun ini, Hilarius enggan membeberkan. Dia menyatakan, perseroan masih mengkonsolidasi semua hal setelah masuknya manajemen PT United Tractors Tbk dari grup Astra sebagai pemegang saham baru perseroan.

“Kita cari sinergi yang pas. Nanti setelah itu kita akan fokus pada pengembangan bisnis,” ujarnya. Untuk diketahui, pada 5 Januari 2015, PT Karya Supra Perkasa, anak usaha United Tractors, mengakuisisi 40 persen saham Acset Indonusa dengan nilai transaksi sekitar Rp 650 miliar dengan harga kisaran 3.250 per saham. Meski begitu, Hilarius mengaku kerja sama dengan United Tractors dirasa strategis. Pasalnya, dalam setahun United Tractors bisa mendapat proyek senilai Rp 15 triliun hingga Rp 20 triliun.

“Dari total proyek tersebut, kemungkinan kami bisa memperoleh sekitar 20-30 persen. Dalam waktu dekat kami akan mengerjakan proyek baru dengan nilai sekitar Rp 1 triliun,” jelasnya. Dari sisi kinerja, di akhir September 2014, Acset Indonusa mencetak pendapatan Rp 857,66 miliar. Pencapaian itu setara 64,49 persen dari target Rp 1,33 triliun tahun ini. Sementara, target laba bersih baru terpenuhi 56,71 persen saja atau Rp 68,62 miliar dari target laba bersih tahun ini Rp 121 miliar.

No comments:

Post a Comment