Perusahaan tambang batubara milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk menyatakan belum bisa mengeluarkan laporan keuangan tahunan 2014 karena perseroan masih berjibaku dengan perhitungan utang. Dileep Srivastava, Direktur dan Corporate Secretary Bumi Resources, mengatakan hal tersebut merujuk kepada Peraturan Pasar Modal Nomor X.K.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No.: Kep-346/BL/2011 tanggal 5 Juli 2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten Atau Perusahaan Publik dan Peraturan Bursa Efek Indonesia No. I-E mengenai Kewajiban Penyampaian Informasi.
“Kami sampaikan bahwa Perseroan belum dapat menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasian Tahunan Perseroan untuk periode satu tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 (audited) karena saat ini Perseroan masih menunggu konfirmasi utang dari beberapa kreditor Perseroan,” tulis Dileep dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, Rabu (8/4).
Sesuai aturan BEI, laporan keuangan audit 2014 harus sudah disampaikan paling lambat 31 Maret 2015. Jika emiten telat menyampaikan laporan keuangan sampai 30 hari kalender terhitung sejak batas akhir seharusnya, maka BEI akan menjatuhkan sanksi tertulis I.
Nantinya, jika pada hari kalender ke-31 hingga ke-60 belum juga menyampaikan, maka sanksi tertulis II akan melayang. Sanksi ini disertai dengan denda sebesar Rp 50 juta. Selanjutnya, jika pada hari kalender ke-61 hingga ke-90, perseroan masih membandel, maka bursa akan memberi peringatan tertulis III plus denda Rp 150 juta.
Untuk diketahui utang perseroan mencapai sebesar US$ 3,73 miliar hingga September 2014, utang yang terbesar mencapai US$ 1,03 miliar berasal dari Country Forest Limited Facility yang merupakan lembaga keuangan yang dibawah naungan China Investment Corporation (CIC).
Sementara utang kepada Guaranteed Convertible Bond I sebesar US$ 375 juta. Perseroan juga masih memiliki utang kepada Guaranteed Senior Secured Notes sebesar US$ 300 juta, Credit Suisse 2010 Facility-2 (Amended & Restated) sebesar US$ 117,5 juta. Guaranteed Senior Secured Notes II sebesar US$ 700 juta, dan UBS AG Facility sebesar US$ 62,5 juta.
Lebih lanjut, utang kepada Axis Bank Limited Facility 2011 sebesar US$ 140 juta, Deutsche Bank 2011 Facility sebesar US$ 54 juta, China Development Bank Facility sebesar US$ 600 juta, RBI Loan Facility sebesar US$ 80,69 juta, Credit Suisse Facility-2014 sebesar US$ 114,31 juta dan Castleford Investment Holdings Ltd Facility 2013 sebesar US$ 150 juta.
Sebelumnya, Bumi Resources mengalami penurunan laba usaha mencapai 66,27 persen sejak awal tahun lalu hingga kuartal III 2014. Anjloknya laba usaha tersebut terjadi karena menyusutnya perolehan pendapatan sebesar 17,42 persen menjadi US$ 2,19 miliar dari US$ 2,65 miliar. PT Bakrie Telecom Tbk., perusahaan telekomunikasi milik grup Bakrie, mencatatkan performa yang semakin buruk pada 2014. Sepanjang tahun lalu rugi bersih perseroan tercatat Rp 2,87 triliun, naik 8,7 persen dari Rp 2,64 triliun pada 2013.
Jebloknya kinerja Bakrie Telecom yang dikenal dengan produk Esia tersebut, disebabkan oleh pendapatannya yang anjlok 13 persen menjadi Rp 1,8 triliun dari sebelumnya Rp 2,07 triliun. Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, pendapatan jasa telekomunikasi jeblok 42,3 persen menjadi Rp 1,27 triliun, sementara pendapatan jasa interkoneksi turun 22 persen menjadi 184,2 miliar.
Hal itu ditambah dengan beban pendapatan yang naik 3 persen menjadi Rp 2,13 triliun dari sebelumnya Rp 2,07 triliun. Karena hal itu, perseroan menanggung rugi usaha Rp 947,55 miliar. Padahal, dalam tahun sebelumnya perseroan masih mencatatkan laba usaha Rp 3,6 miliar. Total aset Bakrie Telecom di sepanjang 2014 sebesar Rp 7,59 triliun, turun dari sebelumnya Rp 9,13 triliun. Hal itu juga diikuti penaikan liabilitas atau kewajiban perseroan, menjadi Rp 11,46 triliun, naik dari sebelumnya Rp 10,13 triliun.
Bakrie Telecom mulai mencatatkan rugi bersih sejak 2011 dan mencetak performa ekuitas buruk sejak 2013. Pada 2011 perseroan merugi Rp 782,7 miliar, kemudian utang kian melonjak menjadi Rp 3,13 triliun pada 2012 dan Rp 2,64 triliun pada 2013. Namun, pada tiga bulan pertama 2014, laporan perusahaan keuangan sempat membukukan laba bersih Rp 210 miliar karena terdongkrak selisih kurs.
Atas dasar hal tersebut, sebelumnya Bakrie Telecom mengurangi jumlah karyawan hingga 28 persen atau 400 dari 1.400 total karyawannya untuk menekan biaya operasional. Manajemen menyatakan pemecatan pegawai sebagai strategi perusahaan agar operasional menjadi lebih efektif. Pengurangan jumlah karyawan dinilai merupakan bagian dari langkah efisiensi perusahaan agar operasional lebih efektif.
Perseroan juga diketahui memiliki total kewajiban utang senilai Rp 11,3 triliun. Beberapa di antaranya adalah, utang biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi dan universal service obligation (USO) senilai Rp 1,26 triliun, utang usaha Rp 2,4 triliun, utang tower provider Rp 1,3 triliun, dan utang dana hasil wesel senior Rp 5,4 triliun
Perusahaan tambang batubara milik grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk. mengalami penurunan laba usaha mencapai 66,27 persen sejak awal tahun lalu hingga kuartal III 2014. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Bumi Resources dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada Senin (19/1), laba usaha perseroan per September 2014 anjlok menjadi US$ 72,79 juta dari periode yang sama 2013 sebesar US$ 215,78 juta.
Adapun anjloknya laba usaha tersebut terjadi karena menyusutnya perolehan pendapatan sebesar 17,42 persen menjadi US$ 2,19 miliar dari US$ 2,65 miliar. Sementara itu beban pokok pendapatan turun 15,48% menjadi US$1,77 miliar dari US$2,09 miliar. Lebih lanjut, hal itu mengakibatkan laba kotor perseroan merosot 24,65 persen menjadi US$ 420,17 juta dari US$ 557,59 juta. Sementara itu, beban usaha naik 1,63 persen menjadi US$ 347,37 juta dari US$ 341,81 juta.
Namun, di sisi lain total rugi bersih perseroan selama sembilan bulan pertama 2014 tercatat menyusut 86,71 persen menjadi US$ 54,95 juta dari US$ 413,56 juta pada periode yang sama 2013. Hal itu terjadi karena danya perolehan laba dari pelepasan investasi pada anak usaha mencapai US$ 949,52 juta.
Dari sisi internal, ebelumnya, pengalihan kepemilikan saham PT Bumi Resources Tbk di PT Bumi Resources Mineral Tbk masih terganjal karena belum terdapat putusan dari Pengadilan Singapura terkait restrukturisasi utang anak usahanya.
Entitas tersebut adalah Bumi Capital Pte Ltd, Bumi Investment Pte Ltd, dan Enercorp Resources Pte Ltd. Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (7/1), perseroan menuturkan pihaknya masih belum bisa melakukan transaksi pengalihan saham kepada China Investment Corporation (CIC).
Perseroan menyatakan hal itu terjadi karena Pengadilan Singapura telah menetapkan moratorium yang melarang Bumi Resources memindahkan aset ataupun bertransaksi sendiri-sendiri dengan individu tertentu hingga mendapat persetujuan dari mayoritas kreditur
No comments:
Post a Comment