Tuesday, April 7, 2015

DKI Jakarta Alami Pertumbuhan Negatif

Dalam laporannya di Sidang Paripurna DPRD, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyebut pertumbuhan ekonomi di provinsi yang dipimpinnya pada 2014 mencapai 5,95%. Namun, inflasinya juga tinggi, mencapai 8,95%. Sehingga terdapat sesilih -3,00%

Baca : Pertumbuhan Ekonomi Minus Inflasi = Kontraksi Ekonomi

Baik pertumbuhan ekonomi maupun infasi di DKI Jakarta di atas rata-rata nasional. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu adalah 5,02%, sementara inflasi berada di 8,36%. "Pada 2014, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta adalah 5,95%, sedikit lebih lambat dibandingkan 2013 yang mencapai 6,11%," kata Ahok, Senin (6/5/2015).

Menurut Ahok, perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan penurunan ekspor. Ini tidak lepas dari perekonomian global yang belum benar-benar pulih. "Perekonomian global masih dalam proses pemulihan, sehingga menyebabkan ekspor produk Jakarta mengalami perlambatan, bahkan mengalami penurunan," papar Ahok.

Sementara inflasi 2014, lanjut Ahok, adalah 8,95%. Lebih tinggi dari inflasi 2013 yaitu 8%. Penyebab tingginya inflasi, demikian Ahok, lebih karena kebijakan pemerintah pusat yang menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik. Ini menyebabkan harga barang dan jasa secara keseluruhan ikut naik.

"Kenaikan inflasi ini diduga disebabkan oleh kebijakan pemerintah pusat menaikkan harga BBM pada November 2014 yang menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa secara total. Di samping itu, pada 2014 pemerintah pusat juga menaikkan TDL. Diduga kedua kebijakan tersebut mendorong terjadinya kenaikan harga pada seluruh sektor ekonomi," jelas Ahok.

No comments:

Post a Comment