Wednesday, April 8, 2015

Gudang Garam Raih Laba Rp. 5,36 Triliun Tapi Kesulitan Uang Kas

Produsen rokok asal Kediri, PT Gudang Garam Tbk mampu mencetak laba bersih setelah pajak Rp 5,36 triliun pada 2014, naik 24 persen dari tahun sebelumnya. Meski begitu, arus kas perseroan melorot karena naiknya beban cukai.

Herman Koeswanto, analis Mandiri Sekuritas menyatakan laba bersih setelah pajak Gudang Garam pada kuartal IV 2014 sebesar Rp 1,27 triliun, naik 16,6 persen secara tahunan, namun turun 4,3 persen secara kuartalan. “Hal itu membentuk laba bersih pada 2014 Rp 5,36 triliun, naik 24 persen secara tahunan, lebih tinggi 9 persen dari prediksi Mandiri Sekuritas tetapi sesuai dengan prediksi pelaku pasar,” ujar Herman dikutip dari riset, Rabu (1/4).

Meski demikian, laba sebelum bunga dan pajak pada 2014 dibukukan Rp 8,52 triliun, naik 28,2 persen secara tahunan. Hal itu sejalan dengan prediksi Mandiri Sekuritas dan konsensus. “Laba bersih yang positif didukung oleh beban bunga yang lebih rendah daripada prediksi yaitu Rp 1,37 triliun, dibanding prediksi kami Rp 1,5 triliun. Karena utang yang lebih rendah daripada prediksi Mandiri Sekuritas yaitu Rp 18,1 triliun, dari prediksi kami Rp 20 triliun,” jelasnya.

Namun, sayangnya arus kas operasional Gudang Garam turun 33 persen secara tahunan menjadi Rp 1,65 triliun. Hal itu, lanjut Herman, terutama karena kenaikan beban cukai, modal kerja yang naik, dan kenaikan beban bunga. Beberapa faktor itu, imbuh Herman, ditambah dengan belanja modal yang masih tinggi yaitu Rp 5,1 triliun, Gudang Garam masih membukukan arus kas bebas (free cashflow) yang negatif yaitu Rp 3,45 triliun.

“Kami menilai sebagian besar faktor negatif disebabkan oleh kebisingan di isu seputar cukai dan seharusnya sudah terfaktorkan di harga pasar saat ini (in the price) karena saham perseroan tumbuh lebih rendah daripada pasar (underperformance) sejak awal tahun,” ungkapnya.

Dia memprediksi pertumbuhan volume penjualan dan prediksi kebutuhan pinjaman untuk modal kerja yang naik pada kuartal IV 2014 juga menjadi risiko penurunan kinerja sepanjang tahun ini. Laporan Keuangan 2014 Gudang Garam menyebutkan perseroan mampu meraup pendapatan sebesar Rp 65,18 triliun, tumbuh 17,58 persen dibandingkan dengan setahun sebelumnya Rp 55,43 triliun. Namun, beban pokok penjualan juga naik menjadi Rp 51,8 triliun dari Rp 44,56 triliun.

Per 31 Desember 2014, total aset Gudang Garam mencapai Rp 58,22 triliun dari Rp 50,77 triliun. Sementara, kewajiban atau liabilitas naik jadi Rp 24,99 triliun dari Rp 21,35 triliun, sedangkan ekuitas juga naik jadi Rp 32,22 triliun dari Rp 29,41 triliun.  Majalah Forbes hari ini, Kamis (4/12) kembali merilis daftar 50 orang terkaya Indonesia. Ada sejumlah cerita menarik dari daftar orang kaya sepanjang tahun 2014 tersebut.

Atribusi khusus diberikan kepada Susilo Wonowidjojo dan perusahaannya, Gudang Garam. Setelah situasi yang sulit sejak 2011, akhirnya merangsek ke urutan kedua orang terkaya di Indonesia. Susilo berada di bawah Budi dan Michael Hartono, yang masih menduduki puncak orang paling tajir di Indonesia. Total kekayaan pemilik Gudang Garam ini mencapai US$ 8 miliar.

Seperti dilansir Forbes, Susilo merasakan pahitnya bisnis rokok setelah produksi cengkeh anjlok mulai 2011. Produksi anjlok membuat harga cengkeh melonjak jadi Rp 60 ribu per kilogram. Ongkos produksi Gudang Garam pun naik drastis. Tahun lalu saham Gudang Garam pun turun sehingga kekayaan Susilo 'hilang' sebanyak US$ 2 miliar dan tinggal US$ 5,3 miliar. Tahun ini dia bangkit dan kekayaannya bertambah US$ 2,7 miliar.

Tapi tak semua orang kaya di daftar Forbes seperti Susilo. Situasi ekonomi yang kurang menguntungkan akhir-akhir ini, seperti lemahnya nilai tukar rupiah dan buruknya bisnis kelapa sawit, telah membuat kekayaan para miliuner di daftar itu berkurang atau tetap saja. Malah ada yang terpental dari daftar. Contohnya adalah Kiki Barki. Kekayaan pemilik tambang batu bara Harum Energy ini turun jadi US$ 350 juta. Padahal kekayaan minimal untuk masuk ke daftar itu adalah US$ 500 juta.

Meski begitu, sejumlah nama baru muncul. Di antaranya adalah Purnomo Prawiro, pemilik perusahaan taksi Blue Bird yang baru saja menggelar IPO pada November lalu.

No comments:

Post a Comment