Tiga operator telekomunikasi di Indonesia yang menguasai sekitar 85 persen pangsa pasar telah mengumumkan kinerjanya pekan lalu. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dan PT XL Axiata Tbk (XL) melaporkan kinerjanya melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara Ooredoo, induk usaha PT Indosat Tbk telah mengumumkan kinerjanya secara grup dan anak-anak usaha di laman resmi pekan lalu.
Telkom dalam laporan keuangannya mencatat pendapatan sebesar Rp 89,696 triliun sepanjang 2014 atau naik 8,11 persen dibandingkan 2013 sebesar Rp 82,967 triliun. Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) di 2014 sekitar Rp 45,8 triliun atau naik 8,02 persen dibandingkan 2013 sebesar Rp 42,4 triliun.
Sepanjang tahun lalu, Telkom berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp 14,638 triliun atau naik 3,05 persen dibandingkan 2013 sebesar Rp 14,205 triliun. Sementara XL berhasil mengantongi pendapatan sebesar Rp 23,56 triliun di 2014, naik 10 persen dibandingkan 2013 sebesar Rp 21,35 triliun. Namun, anak usaha Axiata ini membukukan kerugian sebesar Rp 891 miliar berbanding terbalik dengan 2013 yang masih mencicipi keuntungan Rp 1,033 triliun.
Sedangkan Indosat diperkirakan memperoleh pendapatan sebesar Rp 24,08 triliun atau naik 1 persen dibandingkan pendapatan 2013 sebesar Rp 23,84 triliun. Kerugian yang diderita Indosat di 2014 sebesar US$ 154,8 juta atau setara Rp 2,036 triliun, mengalami penurunan dibandingkan kerugian 2013 sebesar US$ 233,4 juta atau setara Rp 3,071 triliun.
Dengan melihat catatan kinerja tersebut, Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menyatakan hanya Telkom yang berhasil mengantongi keuntungan ditengah pukulan kondisi makro terutama terhadap depresiasi rupiah atas dolar Amerika Serikat sepanjang 2014.
William menyebut meruginya Indosat dan XL akibat banyak berutang dalam denominasi dolar. “Indosat memang sudah mencoba mengonversi sebagian utangnya dalam dolar ke rupiah. Sementara XL itu karena membeli Axis jadi berutang dalam dolar,” kata William dalam risetnya, dikutip Senin (16/3).
Menurut William, pertumbuhan yang dialami emiten telekomunikasi biasanya cerminan dari fokus pembangunan infrastruktur dan pemasaran yang dilakukan. “Kalau dilihat Telkom konsisten dalam membangun jaringan serta pemasaran, karena itu bisa tumbuh dan untung. Indosat selama tahun lalu kan lebih banyak bicara modernisasi jaringan, sementara XL banyak fokus integrasi dengan Axis,” katanya.
Ditambahkannya, pada tahun lalu momentum operator untuk mendapatkan penjualan maksimal juga terbagi-bagi secara seasonal mengingat tak bersamaannya musim libur, ramadhan, dan adanya kegiatan Pemilihan Umum. “Kalau saya melihat potensi ke depan dari sektor telekomunikasi masih oke, soalnya dari sisi demografi tak akan menyusut,” katanya. Sebelumnya, keberhasilan Telkom mempertahankan pertumbuhan kinerja keuangan tahun lalu ditambah ekspektasi pertumbuhan ke depan mendorong sejumlah analis menaikkan target harga saham perseroan untuk 12 bulan ke depan.
RHB OSK Securities merevisi naik target harga saham Telkom dari Rp 3.200 menjadi Rp 3.600 dengan rekomendasi beli. Peningkatan target harga ini merefleksikan ekspektasi berlanjutnya pertumbuhan pendapatan dan monetisasi bisnis non-inti ke depan.
CIMB Securities juga merevisi naik target harga saham Telkom dari Rp 2.950 menjadi Rp 3.200. Revisi naik target harga ini mengindikasikan sikap optimistis pertumbuhan pendapatan perseroan dalam jangka menengah untuk menangkap pertumbuhan pasar telekomunikasi. Sedangkan Danakresa merekomendasikan beli saham Telkom dengan target harga Rp 3.250 dan terakhir CLSA Securities merekomendasikan outperform saham TLKM dengan target harga Rp 3.100. Saham Telkom pada akhir pekan lalu (13/3), ditutup Rp 2.955 per lembar.
Perusahaan telekomunikasi pelat merah PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom mencatatkan laba bersih sebesar Rp 14,63 triliun sepanjang 2014. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan prediksi konsensus analis. Ariyanto Kurniawan, analis PT Mandiri Sekuritas mengatakan laba bersih Telkom sepanjang 2014 sedikit di bawah prediksi. Laba bersih kuartal IV 2014 dibukukan Rp 3,2 triliun atau turun 21 persen secara kuartalan.
“Capaian itu membuat laba bersih sepanjang 2014 menjadi Rp 14,63 triliun, sedikit di bawah prediksi Mandiri Sekuritas dan konsensus sebesar Rp 15,2 triliun-Rp 15,3 triliun,” ujar Ariyanto seperti dikutip dari riset, Selasa (10/3). Dia menjelaskan, kinerja lemah Telkom pada kuartal IV 2014 disebabkan oleh naiknya beban depresiasi menjadi Rp 5,1 triliun sebesar 32 persen secara kuartalan dan peningkatan beban umum dan administrasi sebesar 189 persen dari kuartal sebelumnya, menjadi Rp 1,6 triliun.
Margin operasional dan margin Laba Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi (EBITDA) pada kuartal IV 2014 turun masing-masing menjadi 30,4 persen (dari 33,6 persen pada kuartal III 2014) dan 51,7 persen (dari 53 persen pada kuartal III 2014). “Meskipun demikian, EBITDA sepanjang 2014 sebesar Rp 46,8 triliun sejalan dengan prediksi Mandiri Sekuritas dan konsensus. Kami akan menyampaikan update lagi ketika sudah ada detail kinerja operasional perusahaan,” jelas Ariyanto.
Telkom membukukan laba bersih Rp 14,63 triliun sepanjang 2014, tumbuh 3 persen ketimbang tahun sebelumnya Rp 14,2 triliun. Pendapatan Telkom meningkat tipis menjadi Rp 89,69 triliun dari setahun sebelumnya Rp 82,96 triliun. Laba usaha Telkom pada 2014 mencapai Rp 29,37 triliun, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama setahun sebelumnya Rp 27,84 triliun. Telkom membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 21,44 triliun pada 2014 dari sebelumnya Rp 20,29 triliun.
Sementara itu, total aset yang dibukukan Telkom hingga akhir tahun lalu mencapai Rp 140,89 triliun, melonjak dari periode setahun sebelumnya Rp 127,95 triliun. Liabilitas Telkom juga melonjak menjadi Rp 54,77 triliun dari sebelumnya Rp 50,52 triliun. Adapun ekuitas mengalami lonjakan menjadi Rp 86,12 triliun dari sebelumnya Rp 77,42 triliun.
Sebelumnya, Telkom menjalin kerjasama dengan PT Media Bisnis Telematika (MBT) untuk menggarap pasar konten digital nasional dengan menyajikan informasi dan inovasi yang kreatif di portal-portal berita yang dikelola mitranya tersebut. Direktur Enterprise & Business Services Telkom Muhammad Awaluddin menjelaskan di Indonesia, Native Advertising merupakan bisnis yang baru dikembangkan di Indonesia. Melalui kerjasama dengan MBT, Telkom coba menawarkan konten digital yang kuat bagi para pelanggannya. “Sebagai perusahaan startup, kami menilai MBT cukup menjanjikan jika konsisten dengan konsep Connectivity, Content, dan Community yang dikembangkannya,” ujar Awaluddin.
Sementara Chief of Content and Strategist MBT Doni Ismanto Darwin menjelaskan perusahaannya akan mengoptimalkan pendapatan dari belanja iklan digital di Indonesia yang setiap tahun terus meningkat. Doni mengatakan pada awal Januari 2015, perusahaannya telah mendapat kepercayaan dari Telkom untuk menjalankan strategi Native Advertising Divisi Business Service (DBS) Telkom yang menggarap pasar Usaha Kecil dan Menengah (UKM) melalui penyediaan kanal Smart Bisnis di salah satu portal berita yang dikelolanya.
Awal Maret 2015, MBT juga kembali berhasil mendapat kepercayaan dari Telkom melalui anak usahanya, Pointer, menggarap ekosistem digital marketing di sektor pariwisata. Telkomsel mengklaim hingga saat ini punya 143 juta pelanggan di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 140 juta pelanggan menggunakan kartu SIM prabayar. Telkomsel menyediakan tiga layanan prabayar, yaitu Simpati, Kartu As, dan Loop. Seluruh layanyan itu menghasilkan rata-rata pendapatan per pelanggan (average revenue per user/ARPU) Rp 40.000.
Sementara layanan pascabayar, hanya tersedia KartuHalo, dan jumlahnya sangat kecil dibandingkan pelanggan prabayar. Akan tetapi, Vice President Prepaid and Broadband Marketing Telkomsel, Ririn Widaryani mengatakan, ARPU pelanggan prabayar jauh lebih tinggi dan lebih loyal.
Dari sisi jumlah pelanggan, Telkomsel masih memimpin pasar layanan seluler di Indonesia bersaing dengan XL Axiata yang memiliki 59,6 juta pelanggan pada kuartal empat 2014 dan Indosat yang punya 54,2 juta pelanggan pada kuartal tiga 2014. Ririn berkata, saat ini Telkomsel tengah berupaya meningkatkan jumlah pelanggan yang memakai ponsel pintar, agar mereka tidak sekadar memakai jasa telepon dan SMS saja, tetapi juga layanan data untuk mengakses Internet.
"Kami menawarkan tarif data mulai dari Rp 30.000 per bulan untuk 4,5 GB dan gratis akses ke aplikasi populer," ujar Ririn usai jumpa pers di Jakarta, Kamis (12/3). Jaringan Telkomsel saat ini melayani 40 juta pelanggan yang memakai ponsel pintar. Sebanyak 60 persen dari jumlah itu merupakan pengguna ponsel Android. Posisi berikutnya ditempati oleh BlackBerry, iOS dan Windows Phone.
Setiap bulan, Ririn berkata ada 3 juta pelanggan yang memakai ponsel pintar baru. Kebanyakan adalah pelanggan yang beralih dari ponsel pintar ke ponsel pintar dan 25 persen di antaranya adalah dari pelanggan ponsel fitur ke ponsel pintar. Anak perusahaan Telkom tersebut telah meluncurkan situs web mobile Telkomsel Caritau di alamat www.telkomsel.com/caritau, yang memberi petunjuk memaksimalkan dan mengedukasi pelanggan tentang layanan data dan ponsel pintar.
Di sana terdapat enam menu utama, yaitu Pengaturan Internet, Situs Populer, Aplikasi Teratas, Video Tutorial, dan Paket Internet.
No comments:
Post a Comment