Friday, April 10, 2015

Investor Ramai Ramai Lepas Rupiah

Setelah mengalami tekanan selama sepekan terakhir, dolar Amerika Serikat kembali menunjukkan tajinya di depan mata uang utama dunia. Pelemahan mata uang regional ikut menyeret kurs rupiah. Pada transaksi pasar uang hingga sore ini, rupiah telah melemah 27 poin (0,21 persen) ke level 12.932 per dolar. Rupiah sempat menyentuh level tertinggi pada kisaran 12.890 per dolar pada pagi hari sebelum berbalik melemah pada sore hari.

Analis dari PT Monex Investindo Futures, Faisal, mengatakan penguatan dolar kembali membebani kurs rupiah. Rilis data klaim pengangguran di Amerika yang lebih baik dari ekspektasi membuat daya tarik dolar semakin kuat. Selain itu, pelemahan kurs dolar yang telah berlangsung selama sepekan terakhir membuat pasar tergiur untuk membeli dolar. "Investor memilih untuk memborong dolar dan melepas rupiah."

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowarjodo mengatakan saat ini angka volatilitas rupiah masih di kisaran 10 persen. Menurut dia, depresiasi rupiah sejak 2014 tidaklah meningkat terlalu drastis dan masih lebih baik dibandingkan negara seperti Malaysia maupun Turki.  "Sekarang kita lihat volatilitasnya ada di kisaran 10 persen. Itu sesuatu yang acceptable. Sebetulnya depresiasi rupiah di 2014 kan tidak besar hanya 1,8 persen bahkan dari Desember hingga sekarang, hanya 4,1 persen. Tapi volatilitas tetap harus dijaga supaya tidak tinggi," kata Agus.

Sementara itu, terkait pasokan dollar AS di Indonesia, Agus mengatakan permintaan dollar AS meningkat saat digelar pertemuan Federal Open Market Committee atau FOMC. "Secara umum kemarin ini ada kekhawatiran saat FOMC meeting tanggal 17 kemarin. Tetapi sekarang, setelah sudah lihat hasil keputusan FOMC, statement tidak ingin naikkan bunga terlalu cepat, itu membuat tekanan rupiah berkurang," tutur Agus.

Selain itu, Agus juga mengatakan perkembangan ekonomi Indonesia semakin membaik seiring dengan terjaganya inflasi dan neraca perdagangan yang membaik. "Contoh inflasi terkendali, nanti akan diumumkan neraca perdagangan kita akan surplus, jika dibandingkan tahun lalu. Ini tentu akan buat kondisi Indonesia lebih stabil," kata Agus.
Jumlah penduduk AS yang mengajukan klaim pengangguran pada awal April sebanyak 280 ribu orang, atau lebih rendah dari perkiraan para analis sebanyak 283 ribu. Hal ini kembali memunculkan spekulasi bahwa bank sentral Amerika (The Fed) tidak akan menunda terlalu lama untuk menaikkan suku bunga.

Menurut Faisal, masih ada kemungkinan suku bunga AS dinaikkan lebih cepat atau pada kuartal kedua ini asalkan data-data ekonomi dan pasar tenaga kerja tumbuh. Perubahan arah sentimen pasar ini berpotensi membuat dolar kembali mendapatkan predikat sebagai lindung nilai paling aman di dunia (safe haven). "Ketika dolar menguat, volatilitas rupiah akan lebih tajam dari biasanya," ujarnya.

Faisal melanjutkan, peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan seluruh transaksi korporasi di dalam negeri menggunakan mata uang rupiah tidak mampu menyelamatkan rupiah. Kebijakan itu hanya mengurangi sedikit permintaan dan efeknya baru bisa untuk jangka panjang. Untuk saat ini, fluktuasi rupiah lebih dipengaruhi faktor eksternal.

Mata uang Asia cenderung melemah terhadap dolar AS. Hingga pukul 15.00 WIB, peso Filipina melemah 0,2 persen, won Korea melemah 0,01 persen, ringgit anjlok 1,04 persen, rupee India melemah 0,18 persen, dan dolar Singapura melemah 0,24 persen.

Rupiah kembali menguat terhadap dolar Amerika untuk tiga hari berturut-turut meskipun data cadangan devisa tidak sesuai ekspektasi. Di transaksi pasar uang hingga siang ini, rupiah bergerak menguat di kisaran Rp 12.900-12.980 per dolar Amerika.

Ekonom dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, menilai posisi cadangan devisa Maret 2015, yang turun ke US$ 111,6 miliar, dibanding bulan sebelumnya, sebesar US$ 115,5 miliar, tidak direspons negatif oleh pasar. "Posisi cadangan devisa saat ini masih cukup aman dan sudah dimaklumi oleh pasar."

Turunnya cadangan devisa ini dipicu kebutuhan dolar yang sangat tinggi di kuartal pertama, khususnya untuk pembayaran utang luar negeri dan pembayaran deviden. Selain itu, intervensi Bank Indonesia untuk menahan pelemahan kurs rupiah juga telah menggerus banyak devisa.

Sepanjang Maret 2015, nilai tukar rupiah melemah 1,09 persen, dan secara tahun kalender telah melemah 5,6 persen. Selain karena faktor kebutuhan dolar, di saat yang sama juga terjadi penarikan dana keluar dari pasar saham sebesar US$ 300 juta dan dari pasar obligasi sebesar Rp 4 triliun.

Menurut Lana, posisi cadangan devisa saat ini masih cukup untuk membiayai 6,9 bulan impor atau 6,6 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri. Angka ini jauh di atas batas aman internasional yaitu tiga bulan impor. "Ini menunjukkan dari sisi ketahanan eksternal posisi kita masih kuat."

Mata uang regional variatif terhadap dolar AS. Yen melemah 0,08 persen, yuan melemah 0,01 persen, ringgit menguat 0,06 persen, dan won Korea melemah 0,11 persen.

No comments:

Post a Comment