Direktur Utama PT Bank Central Asia (Tbk) Jahja Setiaatmadja mengakui kondisi ekonomi Indonesia yang lesu pada kuartal I-2015 berdampak kepada sektor perbankan. Menurut dia, ada bisnis nasabahnya yang sampai menurun 30 persen. "Kuartal 1 ini lemah (pertumbuhan sektor perbankan), saya kira semua perbankan begitu... saya tidak tahu setiap saya keliling ketemu nasabah, bisnis (mereka) lesu. Bahkan sektor pendukung properti seperti kaca, gelas itu drop 30 persen," ujar Jahja di Jakarta, Kamis (9/4/2015).
Menurut dia, banyak nasabahnya yang kaget karena penjualan bisnisnya menjadi menurun. Jahja pun tak tahu persis apa yang terjadi terhadap sektor rill tersebut. "Padahal kan UMR saja naik, apakah APBN dan APBD belum cair sehingga tidak ada dorongan itu (ekonomi), tapi kenyataan dilapangan pinjaman kredit atau industri semua nya turun," kata dia.
Meski begitu dia tak bisa membandingkan penurunan sektor perbankan kuartal I-2015 dengan kuartal I-2014 lalu. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) membagikan dividen Rp 3,55 triliun kepada pemegang sahamnya atau setara dengan 22 persen laba bersih perseroan sepanjang 2014 sebesar Rp 16,5 triliun.
"Jadi Rp 50 (per saham) sudah dibagi sebagai dividen interim, untuk final ditambah lagi Rp 98 (per saham) jadi total Rp 148 (per saham) jadi sekitar 20 persen lebih lah. Total itu Rp 3,55 triliun (devidennya)," ujar Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Jakarta, Kamis (9/4/2015).
Dia mengatakan, untuk dividen interim Rp 50 per saham, total yang dibagikan sebesar Rp 1,2 triliun, sedangkan dividen final Rp 98 per saham senilai Rp 2,35 triliun. Jahja menyebutkan sebagian laba bersih digunakan untuk membiayai ekspansi bisnis perseroan. "Kami memperkirakan tahun ini pertumbuhan kredit relatif moderat, paling sekitar 13 persen atau paling bagus 15 persen. Kalau pertumbuhan kredit sebesar itu pasti cukup lah (dana untuk ekspansi)," kata Jahja.
Setelah dikurangi dividen, laba ditahan BCA mencapai Rp 13,5 triliun. Pertumbuhan anorganik berupa akuisisi bank dengan kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 1 yang memiliki modal inti antara Rp 100 miliar sampai dengan Rp 1 triliun, rupanya menjadi Rencana Bisnis Bank (RBB) PT Bank Central Asia (BCA) Tbk, tahun 2015 ini.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, bank dengan kategori BUKU 1 yang dilirik perseroan adalah bank dengan rekam jejak kinerja yang bagus dan dijual dengan harga yang tidak terlalu mahal. BCA tengah meneliti bank-bank kategori BUKU 1 dengan price book value (PBV) antara 1 sampai dengan maksimum 2.
"Kami sedang meneliti dan melirik bank BUKU 1 yang bagus dan dijual dengan harga tidak terlalu mahal. PBV 1 sampai dengan 2, maksimal," kata Jahja di Grobogan, Jawa Tengah, Senin (6/4/2015).
Jahja bilang, tahun ini merupakan peluang yang baik bagi bank dengan kode emiten BBCA ini untuk mengakuisisi bank kecil lainnya. Sebab, PBV perbankan sedikit melandai lantaran kinerja perbankan tahun 2014 kemarin, kurang moncer. Profit emiten perbankan melandai ketimbang tahun-tahun sebelumnya karena net interest income (NIM) bank terkuras lantaran kredit yang disalurkan tidak bisa tumbuh tinggi padahal bank harus membayar bunga simpanan deposito lebih mahal kepada nasabah.
Hal ini membuat cost of fund perbankan per tahun 2014 lalu, menjadi tinggi. Tak banyak bank yang mampu meraup pertumbuhan laba dan NIM yang meningkat. Dengan demikian, PBV bank pun turut terpengaruh. "Tahun ini PBV bank agak turun, jadi bisa lebih murah. Kalau lagi begini memang harga lagi bagus. Cuma akan kami lihat dulu. Kami berharap ada bank kecil yang bagus dan harganya tidak mahal," ucap Jahja.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, BCA mematangkan rencana pertumbuhan anorganik akuisisi bank pada tahun 2015 ini. Jahja bilang, jika sudah menemukan bank yang pas untuk diakuisisi, BCA akan langsung melaporkan hal tersebut kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Jadi memang kalau bisa tahun ini, kami laksanakan. Kalaupun belum bisa, mungkin bisa berlanjut pada tahun depan. Masukkan ke RBB dulu, supaya kalau tiba-tiba ada bank yang murah, akan kami sambut, selain fokus besarkan bisnis organik," jelasnya.
Bank yang terafiliasi dengan Grup Djarum ini bahkan telah menyiapkan total dana sebesar Rp 1,5 triliun untuk ekspansi perseroan. Dana itu termasuk untuk suntikan dana kepada anak-anak perusahaan BCA. "Kami sediakan Rp 1,5 triliun, termasuk untuk anak usaha. Saya perkirakan anak usaha hanya butuh Rp 500 miliar. Jadi sediakan Rp 1 triliun untuk akuisisi bank baru," ujar Jahja.
Catatan saja, saat ini bank dengan kode emiten BBCA ini tengah meneliti aset masing-masing bank dengan kategori BUKU 1. BCA masih merinci laporan keuangan masing-masing calon pinangannya tersebut. Karena itu, belum ada penjajakan secara personal oleh BCA.
Jahja mengungkapkan, BCA tengah mencari partner strategis pengembangan bisnis anorganik yang memiliki kelebihan di sektor perdagangan. Bank yang bergerak di sektor perdagangan akan menjadi mitra yang baik dan cocok bagi BCA untuk pengembangan bisnis.
No comments:
Post a Comment