"Skor indeks 123 di kuartal I-2015, naik 3 poin persentase (pp) dibanding dengan kuartal sebelumnya," kata Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin dalam konferensi pers di kantor Nielsen, Mayapada Tower, Jl Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (20/5/2015). Sementara untuk posisi teratas saat ini masih diduduki India. Survei ini, kata Agus, juga mengungkapkan bahwa 5 dari 6 negara di Asia Tenggara mencatat indeks keyakinan 100 pp ke atas. Tingkat keyakinan konsumen di atas dan di bawah 100 mengindikasikan derjat optimisme dan pesimisme.
"Dari wilayah Asia Tenggara, meskipun turun 5 pp, Filipina berada di tempat kedua setelah Indonesia dengan skor 115," terang Agus. Sedangkan Vietnam justru mencatat kenaikan tertinggi sebesar 6 pp sehingga menjadi 112 poin. Sementara Singapura stabil dengan skor 100. "India masih menjadi negara paling optimis dengan skor 130, naik 1 pp dari kuartal sebelummya," tuturnya.
Survei ini dilaksanakan melalui akses internet pada 23 Februari-13 Maret 2015 dengan lebih dari 30.000 kepuasan konsumen online. Konsumen tersebut tersebar di 60 negara di seluruh Asia-Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Utara.
Margin of error sebesar 0,6 persen dengan menggunakan standar pelaporan minimal 60 persen penetrasi internet, atau 10 miliar populasi online untuk survei inklusi.Melambatnya ekonomi Indonesia menjadi kekhawatiran utama konsumen. Kondisi tersebut telah terjadi sejak kuartal IV-2014 dan masih berlanjut hingga kuartal I-2015..
Hal ini diungkap dalam survei yang dilaksanakan oleh perusahaan penyedia informasi dan riset, Nielsen Holdings. Riset tersebut dilakukan secara online dalam kurun waktu antara 23 Februari-13 Maret 2015. "Lebih dari sepertiga konsumen Indonesia (33%) menyebut keadaan ekonomi sebagai kekhawatiran terbesar mereka dalam 6 bulan ke depan," kata Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin dalam konferensi pers di kantor Nielsen, Mayapada Tower, Jl Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (20/5/2015).
Yang mengejutkan, kata Agus, kriminalitas dan kesehatan ternyata cukup membuat para konsumen khawatir. Bahkan kriminalitas menempati posisi kedua teratas. "Kriminalitas berada di urutan kedua (23%) dan kesehatan di urutan kelima (14%)," ucapnya. "Tampaknya konsumen menganggap bahwa situasi ekonomi dalam 6 bulan terakhir menjadi lebih sulit dan memicu terjadinya peningkatan tindak kejahatan," tambahnya.
Namun ia yakin pemerintah akan mengambil langkah strategis untuk mengatasi hal ini. Agus optimis, kondisi semacam ini tak akan berlangsung lama."Kami percaya pemerintah akan mengambil langkah yang diperlukan untuk memulihkan keadaan ekonomi agar konsumen dapat kembali meraih rasa aman," tuturnya.
No comments:
Post a Comment