PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menyalurkan kredit sebesar Rp 20 miliar kepada pengusaha perikanan Haji Parawansyah Lapang atau Daeng Lapang untuk membangun fasilitas penyimpanan ikan dan pabrik es batu di Desa Boddia, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Dengan dana sebesar itu, Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menyebut kulkas raksasa atau cold storage yang dibangun Daeng Lapang bisa digunakan untuk menyimpan 500 ton ikan segar hasil tangkapan nelayan di perairan Sulawesi sampai Papua Barat.
“Sementara pabrik es batu mampu menghasilkan 2 ribu balok es per hari sehingga dapat menjamin kualitas hasil laut nelayan sejak penangkapan hingga dipasarkan,” ujar Achmad dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (12/5). Menurutnya, dengan adanya cold storage ini nelayan Takalar yang melaut di perairan Maluku hingga ke Fak-fak, Papua Barat dapat menyimpan hasil lautnya tetap segar lebih lama. Sehingga harga jual pada saat supply berlimpah juga akan terjaga.
Achmad mengatakan realisasi kredit sebesar Rp 20 miliar tersebut menjadi penanda percepatan penyaluran kredit BNI sebagai salah satu dari delapan bank penyalur kredit sektor kelautan dan perikanan yang ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Pembiayaan pembangunan cold storage dan pabrik es batu milik Daeng Lapang selaras dengan Program Jaring yang dibuat OJK tahun ini,” jelas Achmad. Dia mengungkapkan, untuk mengoperasikan pabrik es batu dan fasilitas cold storage tersebut Daeng Lapang mempekerjakan 150 pekerja dan mengelola 72 nelayan binaan melalui PT Boddia Jaya untuk bisnis pengolahan Telur Ikan Terbang.
“Telur ikan terbang ini merupakan produk ekspor yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dan oleh karenanya, BNI juga mendorong pengusaha untuk menjaga sustainability sumber daya laut berupa ikan terbang ini,” ujarnya. Selama ini, harga jual akan jatuh apabila suplai telur ikan terbang atau hasil produksi tangkapan ikan berlimpah sementara tidak ada fasilitas penyimpanan yang memadai di daerah tersebut.
“Di samping itu, PT Boddia Jaya juga dapat lebih banyak membeli hasil panen nelayan dan menjadi eksportir independen ke China, Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan, sehingga tidak mengekspor hasil laut melalui perantara seperti yang selama ini dilakukan melalui beberapa perusahaan besar di Sulawesi,” jelas Achmad.
No comments:
Post a Comment