Selama empat bulan pertama 2015, sebanyak 2,1 juta sepeda motor laku terjual di Indonesia. Angka tersebut anjlok 21,46 persen dibandingkan dengan realisasi penjualan Januari-April 2014, yang mencapai Rp 2,71 juta unit. Dari lima merek kuda besi yang tercatat di Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), hanya Kawasaki yang masih mencatatkan pertumbuhan penjualan, sedangkan empat kompetitornya anjlok.
AISI mencatat motor Kawasaki yang terjual selama periode Januari-April 2015 sebanyak 47.575 unit atau meningkat tipis 1,69 persen dibandingkan dengan penjualan peridoe yang sama tahun lalu 46.782 unit. Sementara penjualan Honda turun 12,4 persen hingga April 2015, setelah hanya berhasil melego 1,46 juta unit.
Yamaha juga mengalami nasib yang tak lebih baik dari pesaing utamanya Honda. Angka penjualan motor Yamaha tercatat sebanyak 576.670 unit, anjlok 32,7 persen dibandingkan realisasi penjualan Januari-Maret 2014 yang mencapai 857.251 unit. Penurunan terparah dialami oleh Suzuki, yakni anjlok 62,28 persen setelah hanya mencatatkan angka penjualan 40 ribu unit per April 2015. Pada tahun lalu, hingga bulan keempat penjualan Suzuki mencapai 106 ribu unit.
Sementara motor pabrikan India, TVS, hingga bulan keempat 2015 hanya terjual 1.166 unit. Jumlah itu menukik 53,2 persen dibandingkan angka penjualan periode yang sama 2014 sebanyak 2.495 unit.
Seiring dengan penurunan penjualan hampir semua merek motor, terjadi pergeseran pangsa pasar di dalam negeri. Honda, kendati penjualannya anjlok 12,4 persen, tetapi dominasinya di pasar motor nasional justru meningkat dari 61,6 persen per April 2014 menjadi 69 persen hingga bulan keempat 2015. Sebaliknya Yamah, Suzuki, dan TVS pangsa pasarnya menyusut seiring dengan kinerja negatif penjualan. Pangsa Yamaha turun dari 31,6 persen menjadi 27 persen, sedangkan Suzuki anjlok dari 3,9 persen menjadi 1,87 persen. Pangsa TVS juga sedikit terkoreksi dari 0,09 persen menjadi 0,05 persen.
Berbeda halnya dengan Kawasaki yang sedikit mengalami kenaikan pangsa. Kawasaki dengan pertumbuhan positif penjualannya berhasil menaikan penguasaan pasarnya menjadi 2,23 persen dari 1,72 persen per April 2014. Kombinasi pelemahan rupiah dan jatuhnya harga komoditas dunia membuat penjualan sepeda motor di tanah air anjlok 16 persen dalam dua bulan pertama di 2015 dibandingkan dengan realisasi penjualan Januari-Februari tahun lalu.
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memperkirakan rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) penugasan per 1 April 2015 akan menambah suram pasar kuda besi nasional. "Target penjualan kami tahun ini sama dengan tahun lalu 6,7 juta sampai 6,9 juta unit. Tapi kalau kondisinya makin buruk kami akan koreksi, kemungkinan akan kami turunkan," ujar Ketua Bidang komersial AISI Sigit Kumala di Jakarta, Selasa (24/3).
Sigit mengatakan belajar pada pengalaman November 2014, naiknya harga BBM pada April mendatang akan mengulang dampak yang sama terhadap kemampuan masyarakat membeli motor. Terlebih dengan naiknya harga sejumlah kebutuhan pokok, membuat Sigit yakin orientasi belanja masyarakat akan lebih terfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar ketimbang produk sekunder.
"Dalam dua bulan terakhir saja pasar motor minus 16 persen dibanding Januari-Februari tahun lalu. Terutama di luar Jawa, karena harga komoditas turun," tuturnya. Sigit mengatakan masih menunggu laporan penjualan terakhir bulan ini sebelum AISI mengumumkan koreksi target.
Dampak pelemahan rupiah terhadap dolar AS, lanjut Sigit, turut berdampak pada industri sepeda motor. Bagi produsen motor sport, dampak depresiasi kurs negatif karena sebagian bahan baku masih impor. "Tapi sebenarnya sekarang kesempatan untuk ekspor karena rupiahnya melemah," kata Sigit.
Berdasarkan kalkulasi Sigit, volume ekspor motor tahun ini berpotensi meningkat menjadi sekitar 5-7 persen dari total produksi nasional. Angka tersebut lebih baik jika dibandingkan porsi tahun lalu yang hanya sekitar 0,9 persen dari total produksi. "Tidak sampai 10 persen, ekspor 5-7 persen itu saja sudah bagus sekali," katanya.
Pabrikan motor selain Honda, kata Sigit, juga tengah menjajaki pasar ekspor. Seperti Suzuki, yang saat ini tengah fokus mengekspor motor underboundberkapasitas mesin rendah guna memenuhi permintaan pasar sejumlah negara Asean dan Eropa tengah. "Sudah lama sebenarnya ingin ekspor, tapi kan harus memenuhi standar global Euro 3. Asia cukup potensial seperti Filipina, Myanmar, Vietnam, dan beberapa Eropa tengah," katanya.
No comments:
Post a Comment