Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengungkapkan perbankan nasional saat ini tengah mewaspadai penyaluran kredit untuk sektor jasa pariwisata khususnya di bidang perhotelan. Salah satu yang paling diwaspadai adalah hotel yang memasang tarif rendah atau yang biasa disebut budget hotel.
"Justru yang saya surprise, banyak non performing loan (NPL/kredit macet) itu adalah berasal dari budget hotel. Karena budget hotel ini harus bersaing harga. Begitu banyak budget hotel tumbuh di Indonesia, yang terjadi mereka banting-bantingan harga," kata Wakil Ketua Kadin Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P. Roeslani saat ditemui di Jakarta, Senin (25/5).
Menurut Rosan, tidak ada faktor lain yang membuat kondisi finansial para pebisnis hotel murah tersebut menjadi berat selain karena persaingan ketat. Hal itu di luar kebijakan pemerintah yang melarang pegawai negeri sipil (PNS) untuk rapat di hotel, karena dinilai tidak berpengaruh signifikan bagi hotel budget.
"Jadi bukan masalah tingkat occupancy rate, tapi banting-bantingan harga. Karena margin yang tipis, ketika mereka memutuskan banting-bantingan harga mereka tidak bisa bayar utang ke bank," katanya. Menurut Rosan, kekhawatiran tersebut dialami oleh hampir seluruh perbankan yang memiliki portofolio cukup besar dalam sektor jasa perhotelan. "Secara keseluruhan, BUKU (Bank Umum Kelompok Usaha) berapa saja, mereka khawatir," katanya.
Sebelumnya, perusahaan audit asal Amerika Serikat PricewaterhouseCoopers (PwC) telah menyelesaikan Survei Perbankan Indonesia 2015 yang menunjukkan para pemimpin industri perbankan memperhatikan beberapa tantangan signifikan. Tantangan utama yang dihadapi pada tahun ini menurut responden adalah perlunya mengurangi cost of funds, perlunya mengembangkan sumber pendapatan baru seiring melambatnya permintaan produk pinjaman, dan perlunya mengatur pengelolaan manajemen risiko dan kerangka kerja kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang makin kompleks.
Sementara itu, sekitar separuh dari para responden mempersiapkan diri untuk menghadapi meningkatnya kredit macet sepanjang 2015. Hal itu memicu bank untuk mengembangkan lebih banyak jasa berbasis fee sebagai upaya menggantikan pertumbuhan dan kualitas pinjaman yang terus menurun.
No comments:
Post a Comment