Thursday, May 21, 2015

Cara Soeharto Selamatkan Garuda Tanpa Terbitkan Peraturan Untuk Lindungin Garuda

Menyelamatkan PT Garuda Indonesia (Persero) menjadi tugas pertama yang diberikan Presiden Soeharto kepada Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Tanri Abeng. Dua hari setelah dilantik sebagai Menteri Kabinet Pembangunan VII pada 16 Maret 1998, Soeharto memanggil Tanri ke kediamannya guna membahas strategi penyelamatan si burung besi.

Baca : Garuda Berhasil Meraih Laba Setelah Terbit Peraturan Menteri Perhubungan Untuk Membatasi Persaingan 

Dalam penilaian profesional Tanri Abeng, maskapai pelat merah tersebut sudah lebih dari berdarah-darah sebagai sebuah korporat. “Bayangkan utangnya saja US$ 1,6 miliar dengan ekuitas minus US$ 300 juta, dengan kondisi seperti itu kreditor Garuda mau membangkrutkan maskapai itu supaya bisa menguasai asetnya. Tetapi Pak Harto bilang tidak,” kata Tanri.

The Smiling General menurut Tanri memerintahkannya untuk melakukan segala cara yang diperlukan untuk membuat Garuda tetap terbang. “Beliau bilang, Garuda Indonesia adalah benderanya Republik Indonesia. Tidak boleh di grounded atau dipailitkan, saya ditugasi agar Garuda tetap terbang,” kata Tanri menirukan ucapan Soeharto ketika itu.

Mendapat tugas seperti itu, Tanri kemudian mempelajari kinerja keuangan dan operasional Garuda Indonesia. Dalam waktu satu Minggu, Tanri memanggil Supandi selaku Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia ketika itu untuk membicarakan penggantian dirinya sebagai bos maskapai tersebut.

“Supandi ini bekas ajudan Pak Harto dengan pangkat Jenderal bintang dua. Banyak teman-teman dekat saya bilang, jangan pernah berpikir mengganti mantan ajudan Soeharto. You don’t touch people near Pak Harto. Tapi keputusan saya sudah bulat,” kata Tanri.

Keteguhan tekad Tanri untuk mengganti Supandi, karena dirinya berpikiran suatu organisasi hanya akan sebaik orang nomor satu yang memimpinnya. Pemikiran tersebut kemudian disampaikan kepada Soeharto selang dua hari kemudian.

“Kemudian saya menunggu Pak Harto memarahi saya, atau menunggu perintah saya bisa ganti direktur lainnya tapi jangan Dirut. Tetapi justru Pak Harto bilang, silahkan ganti semuanya karena menurut beliau di dalam dewan direksi sudah ada mafianya,” kata Tanri. “Saya hanya meminta, beliau yang ambil keputusan. Ketika itu saya sudah tidak punya pilihan lain,” imbuhnya.

No comments:

Post a Comment