Ekonom meyakini transaksi perdagangan Indonesia akan membukukan surplus US$ 124,4 juta pada April 2015, lebih kecil daripada US$ 1,13 miliar pada bulan sebelumnya. Surplus yang lebih kecil itu kemungkinan disebabkan kinerja ekspor yang masih turun, diikuti oleh kenaikan tipis impor.
Aldian Taloputra, ekonom PT Mandiri Sekuritas mengatakan harga batu bara, CPO, dan karet turun masing-masing 11,9 persen secara bulanan (-22 persen secara tahunan), 3,4 persen secara bulanan (-20 persen secara tahunan), dan 2 persen secara bulanan (-22,5 persen secara tahunan).
Dia juga meyakini volume ekspor belum mampu naik pada periode yang sama sebagai konsekuensi dari kondisi ekonomi yang masih tidak bergerak di negara mitra perdagangan Indonesia. Purchasing Manager Index (PMI) di Jepang dan Eropa turun, sedangkan indeks yang sama di Tiongkok masih tetap flat.
“Secara keseluruhan, kami memprediksi bahwa ekspor kemungkinan akan berkontraksi 4,7 persen secara bulanan (-8,6 persen secara tahunan) pada April. Kami menilai impor akan kembali menguat (rebound) sebesar 2,9 persen secara bulanan (-20,4 persen secara tahunan) karena faktor musiman dan perkembangan investasi,” jelasnya dalam riset, dikutip Kamis (14/5).
Berdasarkan data historis, jelasnya, impor cenderung naik 1-2 bulan sebelum bulan puasa dan hal tersebut berarti kita akan mengalami rebound impor pada April. Sementara itu, impor barang modal masih dapat naik karena proses investasi. “Hal itu tercermin dari percepatan penjualan semen grosir (bulk) sebesar 10 persen secara tahunan pada April dari -4 persen secara tahunan pada kuartal I/2015. Sebagai informasi, penjualan semen grosir lebih berhubungan dengan proyek infrastruktur,” katanya.
Aldian menilai, tekanan inflasi yang lebih terukur, neraca berjalan yang membaik, dan pertumbuhan yang lebih rendah daripada prediksi sehingga memberikan bukti kuat akan adanya kemungkinan bank sentral akan memangkas suku bunga sekali lagi tahun ini.
Meskipun demikian, menurutnya pemangkasan tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Dia meyakini Bank Indonesia (BI) akan mengoptimalkan pendekatan makro prudensial dulu untuk menghadapi pertumbuhan ekonomi yang melambat dan momentum pemangkasan suku bunga diprediksi akan terjadi pada Juni atau Juli. “Saat ini, kami memprediksi suku bunga akan dipotong 25bps menjadi 7,25 persen dan akan tetap flat hingga akhir tahun,” ungkapnya.
No comments:
Post a Comment